Jakarta, CNN Indonesia --
Hujan deras mulai mengguyur wilayah
Jakarta dan sekitarnya. Sejumlah wilayah jalanan di Jakarta pun terendam air dengan ketinggian bervariasi antara 5-20 cm saat hujan turun.
Di beberapa titik, genangan tak bertahan lama. Air yang melimpah langsung susut.
Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Teguh Hendarwan menyatakan sejumlah genangan bisa langsung surut karena sejumlah persiapan yang selama ini dilakukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya setidaknya dua peralatan penting untuk pengelolaan air di Jakarta yang perlu diperhatikan jelang musim hujan: pompa air dan saluran atau tali air.
"Kalau enggak ada pompa ya enggak jalan ini semua. Jelas harus ada sebagai satu kesinambungan sistem air," kata Teguh kepada
CNNIndonesia.com di Balai Kota DKI, Jumat (26/10).
Teguh menjelaskan, pompa berfungsi menyedot air dari permukiman warga menuju waduk atau pun kali dalam keadaan normal. Dalam keadaan banjir, pompa bergerak pun bisa melakukan penyedotan dari jalan-jalan.
Oleh karena itu penting untuk memerhatikan kesiapan setiap pompa berfungsi 100 persen. Dia mencontohkan kejadian banjir di Dukuh Atas, Jakarta Selatan pada awal tahun 2018 yang disebabkan pompa mati di
underpass.
"Kalau
underpass itu pompanya kewenangan dari Bina Marga. Untuk antisipasinya kejadian berulang kita terus koordinasi aja supaya tidak
miss," ujar Teguh.
Selain itu, untuk memastikan pompa lainnya berguna sudah dilakukan pemeriksaan dan pemeliharaan berkala oleh Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) yang khusus digunakan DKI. Jadi, kata dia, jika ada pompa yang rusak baik dalam skala besar maupun kecil harus langsung diperbaiki.
"Saya pastikan pompa yang bus [
mobile] itu sudah 96 persen [berfungsi normal]. Yang rusak ada sekitar 2 persen sedang diperbaiki, dan 2 persen lainnya sedang masa penghapusan karena sudah tua," tegas dia.
 Alat ukur ketinggian air di Rumah Pompa Setiabudi Timur, Jakarta Selatan. (CNN Indonesia/LB Ciputri Hutabarat) |
Persiapan PompaDi wilayah DKI Jakarta ada 436 unit pompa pada 153 lokasi.
CNNIndonesia.com mendatangi sejumlah satu lokasi rumah pompa yakni, Rumah Pompa Cipinang, Jakarta Timur.
"Rumah pompa ini menyedot air banjir dari Bidara Cina luapan Kali Ciliwung dan dari jalan," kata Operator di Rumah Pompa Cipinang, Tidar di lokasi, Kamis (25/10).
Setelah pompa menyedot air dari Bidara Cina, air dibuang ke Kali Cipinang tepat di belakang Rumah Pompa dan berakhir di Banjir Kanal Timur (BKT). Setidaknya ada 4 pompa air yang tersedia di Rumah Pompa Cipinang.
"Satu pompa punya kekuatan penyedotan 4000 liter per detik," ujarnya.
Operator, sambungnya, akan memantau arus air yang masuk secara berkala dari ruang panel. Menyambut musim hujan, hari ini Rumah Pompa Cipinang terlihat dilakukan perawatan di ruang panel.
"Soalnya ada beberapa kerusakan minor. Tapi bisa jalan sebenarnya, cuma karena mau musim hujan benar-benar diperbaiki," kata Tidar.
 Ruang panel rumah Pompa di Setiabudi Timur, Jakarta Selatan. (CNN Indonesia/LB Ciputri Hutabarat) |
Beberapa jenis kerusakan pompa antara lain adalah lantaran tersangkut sampah rumah tangga, bangkai hewan, bahkan tersambar petir. Jika kerusakan minor, maka operator setempat yang diusahakan memperbaiki.
"Kami yang tinggal di sini saja yang mengusahakan. Kalau kerusakan besar baru lapor," katanya.
Tidak jauh dari rumah pompa Cipinang terdapat sodetan kali cipinang yang baru saja selesai dibangun. Sodetan ini diharapkan bisa mempercepat aliran air dari Ciliwung langsung ke BKT.
Rumah Pompa lainnya yang menjadi titik rawan di Ibu Kota adalah Rumah Pompa Setiabudi Timur. Penangungjawab Rumah Pompa Setiabudi Timur, Komarudin menyatakan setidaknya ada empat rumah pompa yang riskan di pusat Jakarta.
"Rumah pompa Setiabudi, rumah pompa di Waduk Melati, rumah pompa Cideng dan rumah pompa di Waduk Pluit," kata Tidar
"Salah satu saja mati mungkin nanti bisa kelebihan beban," lanjutnya.
Di Rumah Pompa Setiabudi Timur setidaknya terdapat 6 pompa besar. Sebanyak 3 pompa berkapasitas 1,74 meter kubik per detik dan 3 pompa lainnya berkapasitas 1,1 meter kubik per detik.
"Pompa kami submersibel jadi dia bisa memungkinkan di bawah air dan kuat. Kalau terendam masih bisa dipergunakan," kata Tidar.
 Rumah Pompa Setia Budi Timur, Jakarta.Terdiri dari ruang panel, genset, pompa air dan waduk. (CNN Indonesia/LB Ciputri Hutabarat) |
Pompa air di Setiabudi Timur melayani sekitar 134 hektare saluran air di sekitarnya. Sumber pembuangan yang bermuara di waduk Setiabudi Timur antara lain daerah Halimun dan Menteng Atas (Jakarta Pusat), dan Pancoran serta Kuningan (Jakarta Selatan).
"Air ini dialirkan semua ke Banjir Kanal Barat (BKB). Termasuk kadang-kadang kalau banjir dari jalan raya kita sedot juga," ungkap Tidar.
Baik operator di rumah pompa Cipinang dan Setiabudi Timur sama-sama menerapkan sistem kerja bergiliran. Di Cipinang ada sekitar 7 operator bergantian dan Setiabudi Timur ada sekitar 15 operator bergantian berjaga. Kedua tempat ini juga masing-masing memiliki pompa air
mobile yang siap untuk difungsikan saat keadaan tertentu.
(kid)