Jakarta, CNN Indonesia -- Mengenakan topi hitam dan kemeja abu-abu berbalut jaket gelap, Novel Baswedan berdiri di antara istri aktivis HAM Munir Said Thalib, Suciwati dan Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Indonesia, Usman Hamid.
Mereka memegang spanduk bertuliskan 'Amnesty International', di pelataran Gedung KPK, Jakarta, Kamis (1/11). Ketiganya memimpin aksi menuntut penyelesaian kasus penyiraman air keras kepada Novel.
Di sekeliling mereka berdiri puluhan orang yang turut memberikan dukungan untuk pengungkapan penyiraman air keras Novel. Sebagian membawa poster bergambar wajah Novel serta Munir.
Sudah 500 hari berlalu sejak penyerangan menimpa Novel, 11 April 2017, pelaku penyiraman air keras tersebut belum berhasil ditangkap jajaran Polri. Akibat siraman air keras mata Novel harus dioperasi di Singapura.
 Novel Baswedan dan sejumlah pegiat HAM mempertanyakan komitmen Jokowi membongkar kasus penyiraman air keras. (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Mata kiri Novel yang mengalami kerusakan parah hingga kini belum sembuh total. Bintik putih masih menutupi mata kirinya. Novel pun harus menggunakan kacamata agar mata kirinya yang belum pulih itu terlindungi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus Novel ini dinilai sama dengan yang dialami pegiat HAM Munir. Munir meninggal usai diracun di dalam pesawat Garuda Indonesia yang terbang ke Amsterdam, Belanda pada 7 September 2004. Hingga kini pelaku utama pembunuh Munir belum terungkap.
Kesamaan dari kasus Novel dan Munir itu adalah pelaku maupun dalang utamanya tak terbongkar. Kasus mereka berdua masih gelap.
"Sama halnya dengan kasus suami saya, Munir, sudah 14 tahun belum satu pun dalangnya di bawa ke pengadilan," kata Suciwati, di Gedung KPK, Jakarta.
Dalam kasus Munir, hanya Pollycarpus Budihari Prijanto, mantan pilot Garuda Indonesia, yang divonis 14 tahun penjara. Setelah mendapat bebas bersyarat pada November 2014, dia hanya menjalani hukuman 8 tahun penjara dan telah bebas Agustus lalu.
Suciwati mengatakan selama ini dirinya menuntut keadilan bukan semata-mata karena Munir adalah suaminya. Menurut dia, selama 14 tahun ini dirinya menuntut keadilan agar tak ada lagi orang yang mengalami kejadian seperti sang suami.
 Presiden Joko Widodo. (CNN Indonesia/Christie Stefanie) |
Namun, kata Suciwati, kasus serupa yang menimpa Munir dialami Novel. Meski Novel tak sampai kehilangan nyawa karena siraman air keras di wajah, pelaku dan dalang aksi penyerangan terhadap pegiat antikorupsi itu belum juga terungkap hingga kini.
"Saya pikir penyerangan terhadap Novel sangat sederhana harusnya. Tapi saya tidak tahu apakah polisinya harus sekolah lagi supaya bisa menangkap penjahatnya," tuturnya.
Suciwati berharap Presiden Joko Widodo tak tinggal diam melihat kasus Novel yang sudah 500 hari tetapi pelaku penyiraman belum berhasil diungkap polisi. Jokowi, kata Suciwati, juga harus menjamin keamanan para aktivis HAM, antikorupsi, serta lingkungan yang bekerja demi keadilan masyarakat.
"Makanya kita harus bersama sama untuk saling mendorong agar presidennya meminta aparatnya bekerja dengan benar, bekerja dengan profesional menangkap betul-betul penjahatnya," ujarnya.
Komitmen JokowiNovel mengatakan penyerangan dirinya dengan air keras itu tak terlepas dari posisinya sebagai penyidik KPK, yang bertugas memberantas korupsi. Novel pun kecewa kasusnya tak mendapat perhatian dari polisi maupun Jokowi, selaku pemimpin tertinggi di negara ini.
"Sampai sekarang upaya itu tak diungkap sebagaimana mestinya. Tentunya saya menduga ada ketakutan untuk diungkap," kata Novel.
Novel masih ingat pernyataan Jokowi yang memerintahkan jajaran Polri mengusut pelaku penyiraman air keras. Menurut Novel, mantan Wali Kota Solo itu juga telah berjanji akan membentuk tim untuk mengusut para pelaku.
Namun, kata Novel apa yang disampaikan Jokowi itu tak terjadi dan pelaku belum juga ditangkap.
 Kapolri Jenderal Tito Karnavian pernah berjanji membongkar kasus air keras Novel Baswedan. (CNN Indonesia/Christie Stefanie) |
Mantan anggota Polri itu berharap Jokowi tak takut untuk mengambil tindakan dalam mengungkap pelaku penyiraman air keras kepada dirinya tersebut.
"Kewenangan itu ada di Polri, tapi Polri juga perlu didukung untuk bagaimana atau didesak atau dipaksa oleh bapak presiden untuk mau mengungkap dengan benar," tuturnya.
Novel mengaku juga akan terus mendesak pimpinan KPK agar menyampaikan secara resmi kepada Jokowi perihal pembentukan TGPF. Menurut Novel, bila kasus air keras ini terus dibiarkan maka ancaman-ancaman kepada pegawai KPK akan terus terjadi.
"Semoga bapak jokowi tidak takut mengungkap ini. Jika jokowi takut saya kira semua patut bersedih karena tidak ada yang bisa diharapkan lagi untuk mengungkap ini," ujarnya.
(fra/gil)