Jakarta, CNN Indonesia -- Roda pesawat
Lion Air JT-610 yang tenggelam di perairan Tanjung Karawang sudah diangkat oleh Tim SAR Gabungan dan tengah menuju ke Jakarta International Container Terminal (JICT) Tanjung Priok, Jakarta. Roda tersebut diangkat pada pukul 14.05 menggunakan
crane.
"Roda itu nanti sebentar lagi ada di sini (JICT), karena kita berpacu dengan waktu," ujar Kepala Badan SAR Nasional (
Basarnas) Marsekal Madya Muhammad Syaugi di JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (2/11).
Roda pendaratan pesawat tersebut, kata Syaugi, merupakan temuan dengan ukuran paling besar dan bobot paling berat sepanjang lima hari pencarian. Roda tersebut ditemukan dari hasil penelusuran
Remotely Oprated Underwater Vehicle (ROV) yang diturunkan ke dasar laut.
Roda tersebut diketahui sudah ditemukan sejak kemarin. Di sekitar roda tersebut turut ditemukan juga beberapa serpihan pesawat yang berukuran cukup besar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"ROV itu radius 100-200 meter, di titik ditemuknnya FDR kemaren. Kita sudah sapu di situ memang banyak bagian bagian besar. Besarnya seberapa, paling besar itu ada roda," ujar dia.
 Roda pesawat Lion Air PK-LPQ yang jatuh di Perairan Karawang. (Dok. Puspen TNI) |
Lebih lanjut sampai saat ini pihaknya belum menemukan badan pesawat. Sampai saat ini pihaknya hanya menemukan serpihan-serpihan pesawat saja.
"Kita tetep melakukan
searching, di area yang lebih luas dari tempat itu, untuk bisa meyakinkan betul atau enggak
body pesawat. Sampai 7 hari. Nanti hari Minggu," ujarnya.
"Kalau barang memang ada seharusnya ditemukan sampai sekarang belum ditemukan, kan saya tidak boleh menyerah dong makanya diperluas radius pencarian dengan ROV itu kan itu yang paling canggih. itu jadi kita bisa melihat di bawah air," lanjut Syaugi.
Selain roda, Syaugi mengatakan tim pencari juga menemukan bagian mesin pesawat berupa turbin. Kendati begitu pihaknya belum menemukan seluruh mesin pesawat secara utuh.
"itu ujungnya turbinnya enggak terlalu besar itu nanti kita angkat semuanya," ujarnya.
Ia juga mengatakan pihaknya belum akan menggunakan kapal dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang punya crane lebih kuat. Pasalnya, menurut dia kapal Victory milik PT Pertamina masih cukup kuat untuk mengangkat serpihan yang ukurannya cukup besar.
"Belum jadi karena belum ada barang yang besar jadi untuk apa
crane dari kapalnya Victory Pertamina cukup mampu itu," kata Syaugi.
(sah/sur)