Jakarta, CNN Indonesia -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebut pesawat
Lion Air dengan register PK-LQP mengalami kerusakan pada penunjuk kecepatan atau
airspeed indicator dalam empat penerbangan terakhirnya.
Pesawat jenis Boeing 736-300 MAX 8 itu diketahui terbang terakhir dengan nomor penerbangan JT610 tujuan Pangkalpinang berakhir tragis usai dipastikan jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10) pagi.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, pihaknya sudah mengunduh perekam data penerbangan atau
Flight Data Recorder (FDR) di kotak hitam yang sudah ditemukan. Ada 19 penerbangan terakhir yang terekam dalam FDR tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"FDR ini berdurasi yang direkam adalah 69 jam dan parameternya ada 1.790 parameter dan yang terekam di dalam FDR itu ada 19 penerbangan sebelumnya, termasuk yang terakhir," ucap Soerjanto di kantor KNKT, Jakarta, Senin (5/11) seperti dilansir dari CNN Indonesia TV.
Soerjanto menjelaskan dalam empat penerbangan terakhirnya Lion Air PK-LQP ditemukan ada kerusakan pada
airspeed indicator. Diketahui pesawat Lion Air PK-LQP dua penerbangan terakhirnya, yakni rute Jakarta-Pangkalpinang dengan nomor penerbangan JT610 pada Senin (29/10) dan rute Denpasar-Jakarta dengan nomor penerbangan JT43 pada Minggu (28/10).
"Nah pada empat penerbangan terakhir ditemukan kerusakan pada penunjuk kecepatan di pesawat atau
airspeed indicator," ucap Soerjanto.
Soerjanto tak menjelaskan lebih rinci terkait fungsi
airspeed indicator tersebut di pesawat.
Seperti diketahui, saat hari kecelakaan, pesawat Lion Air JT610 mengangkut 189 orang, terdiri atas 178 penumpang dewasa, satu anak, dan dua bayi, serta delapan awak kabin.
Pesawat Boeing 737-300 MAX 8 itu dipastikan jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat setelah dilaporkan hilang kontak pada pukul 06.33 WIB atau sekitar 13 usai lepas landas dari Bandara Soetta, Jakarta menuju Bandara Depati Amir, Pangkalpinang, Bangka Belitung.
(osc/osc)