Jakarta, CNN Indonesia -- Juru bicara tim kampanye nasional (TKN) calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 TB Ace Hasan Syadzily meminta pernyataan
Ma'ruf Amin tidak diartikan secara fisik. Ace menegaskan istilah budek dan buta yang dipakai oleh cawapres
Joko Widodo itu sebagai kiasan belaka.
"Jadi bukan budek tuli dalam pengertian fisik, tapi kiasan untuk menjelaskan dia sebetulnya sehat tapi pura-pura sakit," ujar Ace kepada para pewarta di Posko Cemara, Jakarta Pusat, Senin (11/12).
Ace menjelaskan ada sejumlah pihak yang tidak objektif dalam menilai pemerintahan yang dipimpin Jokowi-Jusuf Kalla (JK). Tak hanya tidak objektif, Ketua DPP Golkar itu pun menuding pihak-pihak tersebut berupaya menutupi keberhasilan pemerintah. Namun, Ace tak menjelaskan lebih rinci siapa pihak-pihak yang dimaksud.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Atas pernyataan Ma'ruf itu, forum tunanetra mengambil sikap protes. Forum Tunanetra Menggugat menilai istilah yang dipakai Ma'ruf itu mencederai perjuangan kaum disabilitas melawan stigma negatif yang melekat. Sementara Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) mengharapkan para calon pemimpin dapat lebih baik dalam memilih diksi.
"Kami berharap khususnya kepada KH Ma'ruf Amin, tolong memilih diksi yang menyejukkan hati rakyat supaya tidak terjadi kontroversi di masyarakat," ujar Ketua Bidang Organisasi DPP ITMI, Yudi Yusfar.
Soal penggunaan diksi tersebut, Ace merasa tidak ada yang salah atau menyinggung pihak mana pun. Ia berkilah pemaknaan diksi akan bergantung pada perspektif dari penerima pesan.
"Jadi kami dengan segala hormat dan segala permohonan pengertiannya kita tidak dalam pengertian fisik, tapi ini diarahkan kepada kiasan-kiasan bagi pihak-pihak yang dilakukan pemerintah," pungkas Ace.
Sebelumnya Ma'ruf memberikan klarifikasi atas kata budek dan buta yang ia gunakan. Ma'ruf menyatakan semua yang dia katakan sudah ada di dalam Alquran. Maksud Ma'ruf tersebut termaktub dalam kata-kata '
ṣummum, bukmun, 'umyun', yang tertera di surat Al-Baqarah (2):18.
"Artinya orang yang tak mendengar, orang yang tak mau melihat, yang tak mau mengungkapkan kebenaran itu namanya bisu, budek, buta," papar Kiai Ma'ruf lewat keterangan tertulis yang diterima
CNNIndonesia.com.
"Jadi itu bahasa 'kalau' ya. Saya tak menuduh orang, atau siapa-siapa. Saya heran, kenapa jadi ada yang tersinggung. Tak menuduh dia, kok," katanya menambahkan.
(bin/dal)