PDIP Sindir Efek Ekor Jas: SBY Introspeksi dari Pemilu 2009

CNN Indonesia
Rabu, 14 Nov 2018 05:47 WIB
Menurut PDIP, efek ekor jas dalam sistem pilpres yang mensyaratkan ambang batas presiden sebesar 20 persen, bukan sesuatu hal yang harus dipersoalkan.
PDIP sindir SBY yang menikmati efek ekor jas di pemilu 2009. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) merespons pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengeluhkan soal coattail effect atau efek ekor jas pada pilpres 2019.

Keluhan SBY ini dikarenakan efek ekor jas hanya diperoleh PDIP yang mencalonkan Joko Widodo dan Gerindra dengan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

"Kalau bicara aspek psikologi politik tentang efek ekor jas, sebenarnya kalau pernyataan itu datang dari Pak SBY, sebenarnya Pak SBY bisa melakukan instrospeksi dari Pemilu 2009 lalu, dimana coattail effect juga didapat Partai Demokrat," kata Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Ahmad Basarah di kompleks parlemen, Jakarta, Selasa (13/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, efek ekor jas dalam sistem pilpres yang mensyaratkan ambang batas presiden sebesar 20 persen, bukan sesuatu hal yang harus dipersoalkan.

"Dan Pak SBY pernah menikmati coattail effect itu di tahun 2009," ujar Wakil Ketua MPR ini.


Basarah pun menegaskan dalam koalisi partai pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin, efek ekor jas tidak hanya didapat PDIP. Apalagi, kata dia, wakil Jokowi adalah Ma'ruf yang berasal dari kalangan ulama.

"Sehingga dari aspek ini sebenarnya yang disebut coattail effect sudah menyebar dari aspek KH Ma'ruf sendiri kita berikan coattail effect sendiri," kata dia.

Belum lagi, kata Basarah, Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Erick Thohir juga bukan berasal dari kalangan partai politik. Sehingga, pembagian efek ekor jas di koalisi Jokowi-Ma'ruf diklaim sudah merata.

"Itu bukti bahwa kami punya niat baik agar manfaat kebersamaan di koalisi pendukung Pak Jokowi bisa dirasakan partaj politik lain. Beda kalau kami mengambil semua," ujarnya.


Sebelumnya, SBY mengakui Partai Demokrat menghadapi tantangan lebih berat di Pemilu 2019 mendatang. Salah satu faktornya karena Demokrat tidak memiliki calon presiden. Dia pun membandingan Demokrat dengan partainya Jokowi dan Prabowo.

Kata dia, survei membuktikan bawah partai politik yang memiliki calon presiden, akan meraih suara lebih tinggi.

"Contohnya PDIP dengan Jokowi sebagai capres dan Gerindra dengan Prabowo sebagai capres, suara parpol (partai politik) itu sangat tajam. Sebaliknya parpol yang tidak punya capres, suaranya menurun, dan itu realitasnya," kata SBY di hadapan para caleg Partai Demokrat di Ballroom Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (10/11).

(swo/dal)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER