BPN Tuding Kubu Petahana yang Gunakan Pasukan Siber

CNN Indonesia
Senin, 17 Des 2018 19:46 WIB
Anggota BPN Prabowo-Sandi, Mustofa Nahrawardaya mengklaim tidak ada dana untuk bisa membentuk pasukan siber penggalangan opini di media sosial.
Anggota BPN, Mustofa Nahrawardaya menuding balik kubu Jokowi-Ma'ruf yang justru menggunakan pasukan siber di media sosial. (Foto: Dok. Mustofa Nahrawardaya via facebook.com)
Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Mustofa Nahrawardaya, membantah tuduhan yang menyebut pihaknya menggunakan pasukan siber (cyber troops) untuk berkampanye di media sosial. Pernyataan itu merespons tudingan lembaga analis big data GDILab (Generasi Digital Indonesia).

Pria yang juga aktivis media sosial itu mengatakan pihaknya tak memiliki dana untuk menyewa bot dan peretas (hacker). Ia malah menuding balik calon petahana Jokowi-Ma'ruf yang menyewa pasukan siber.


"Kalau sampai ada punya tim khusus IT, khusus hacker, robot segala macam, itu bukan oposisi, wong uangnya enggak ada. Saya pastikan dari petahana yang punya duit banyak," kata Mustofa saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (17/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip peneliti media sosial Ismail Fahmi, Mustofa menyebut dana mengadakan pasukan siber berkisar Rp45-50 miliar. Sementara anggaran pengadaan aplikasi khusus relawan senilai Rp300 juta saja dicoret karena BPN tak punya modal.


Saat ini, ucapnya, BPN hanya mengandalkan kader dan relawan yang jumlahnya sekitar 35 juta orang. Mereka menyebarkan informasi lewat grup WhatsApp dan media sosial lainnya.

"Ini hanya yang murah-murah saja, lewat email, direct message, WhatsApp group. Kita ada grup di 440 kota, 23 provinsi, saya pegang 10 provinsi. Berat memang, ujung-ujungnya biaya kok, kita enggak ada," ucap dia.


Sebelumnya, GDI Labs merilis kajian kampanye di media sosial sepanjang 2018. Mereka menyimpulkan pendukung paslon Prabowo-Sandi di media sosial terindikasi pasukan siber.

Ada tiga indikasi yang dipaparkan Chief Business dan co-founder GDILab Jeffry Dinomo alias Uje. Pertama jumlah konten unggahan orisinal pendukung Prabowo-Sandi lebih rendah dari Jokowi-Ma'ruf.

BPN Soal Tudingan Pasukan Siber: Kami Tak Punya UangJokowi-Prabowo dalam 'perang' di media sosial. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Kedua, isu di pendukung Prabowo terkoordinasi dengan baik, sedangkan di kubu Jokowi lebih interaktif dan organik. Ketiga adalah banyak pendukung Prabowo di media sosia berasal dari akun-akun dengan jumlah follower di bawah 50 dan usia akun di bawah 6 bulan.

"Dapat diindikasikan perilaku di kluster paslon Prabowo-Sandi terindikasi cyber troops, sementara kluster pendukung paslon Jokowi-Ma'ruf terindikasi dukungan individu," ucap Uje dalam ForuMedsoSehat, di Jakarta, Minggu (16/12). (dhf/ain)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER