Jakarta, CNN Indonesia -- Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis survei terbaru terkait aksi
Reuni Alumni 212 yang digelar Minggu 2 Desember lalu. Hasil survei mengungkap Aksi 212 tak berpengaruh besar pada elektabilitas pasangan
Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun
Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Berdasar hasil
survei LSI, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf pada November 2018 sebesar 53,2 persen, sementara pada Desember 2018 naik menjadi 54,2 persen. Sedangkan Prabowo-Sandiaga 31,2 persen pada November 2018, lalu turun pada Desember 2018 menjadi 30,6 persen.
Untuk yang merahasiakan/ belum memutuskan/ tidak tahu/ tidak menjawab sebesar 15,6 persen pada November 2018, dan 15,2 persen pada Desember 2018.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada 5 alasan mengapa Reuni 212 tidak banyak mengubah elektabilitas," demikian keterangan dalam rilis survei LSI Denny JA.
Pertama, Rizieq Shihab dan NKRI Bersyariah. Mayoritas pemilih yang suka reuni 212 sudah memiliki sikap yang masih sulit dipengaruhi oleh Rizieq ketika menyerukan NKRI Bersyariah dan Presiden Baru.
 Kawasan Monas berubah jadi lautan massa Reuni Aksi 212. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan) |
Dari 54,5 persen yang suka Renui 212, sebesar 83,2 persen ingin NKRI tetap berdasarkan Pancasila, sementara yang pro NKRI Bersyariahhanya 12,8 persen.
Sedangkan untuk seruan Presiden Baru dari Rizieq, dalam hal ini adalah Prabowo, mayoritas yang suka Reuni 212 masih sedikit lebih banyak yang sudah mempunyai pilihan ke Jokowi, yakni 43,6 persen, sementara yang memilih Prabowo 40,7 persen.
Kedua, ada yang datang dan pergi dari Prabowo karena Reuni 212. Dukungan PA 212 dan FPI lebih banyak ke Prabowo setelah Reuni 212. Dari mereka yang dukung ke Prabowo, PA 212 sebanyak 82,6 persen dan FPI sebesar 74,8 persen.
Dukungan NU, Muhammadiyah, Ormas Lainnya, dan Tidak Merasa Bagian dari Ormas Islam Manapun bergerak sedikit dari Prabowo ke Jokowi setelah Reuni 212.
Ketiga, Kinerja Jokowi. Penilaian atas kinerja Jokowi sebagai Presiden tidak banyak berubah sebelum dan sesudah Reuni 212, yakni 72,1 persen. Sementara yang tidak puas dengan kinerja Jokowi sebesar 22,9 persen, dan yang tidak menjawab 5 persen.
 Prabowo Subianto kembali menantang Joko Widodo di Pilpres 2019. (REUTERS/Darren Whiteside) |
Keempat, faktor Ma'ruf Amin. Sebanyak 65,8 persen pemilih setuju bahwa simbol Islam tidak bisa digunakan untuk menggerus dukungan Islam ke Jokowi. Ma'ruf sebagai Ketua MUI merupakan jangkar Jokowi untuk pemilih muslim.
Alasan terakhir, Jokowi bukan Ahok. Sebanyak 74,6 persen menyatakan Reuni 212 tidak bisa digunakan untuk menjadikan Jokowi musuh bersama bagi pemilih muslim, sedangkan yang yakin Reuni 212 bisa dijadikan untuk memusuhi Jokowi bersama hanya 14,5 persen.
Gerakan 212 efektif menurunkan elektabilitas Ahok karena isu "Ahok tersangka dengan tuduhan penistaan agama". Sementara Jokowi bukan musuh bersama umat muslim. Survei LSI Denny JA dilakukan pada 5-12 Desember atau tiga hari setelah Reuni 212. Survei ini mengambil sampel 1.200 responden dengan metode multistage random sampling.
Wawancara terhadap responden dilakukan secara tatap muka dengan menggunakan kuisioner. Margin of error kurang lebih 2,8 persen.
(osc/gil)