Menakar Efek Janji SBY pada Elektabilitas Prabowo-Sandi

Tim | CNN Indonesia
Sabtu, 22 Des 2018 15:50 WIB
Pengamat menyebut pernyataan SBY dapat dimaknai sebagai perang psikologis dengan memanfaatkan momentum akhir tahun untuk bersikap tegas.
Prabowo Subianto ketika bertemu Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Jumat (21/12) malam. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pertemuan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Jumat (21/12) malam, menghasilkan sebuah kesepakatan yaitu kampanye yang makin intensif mulai Januari nanti.

Hal itu disampaikan langsung SBY usai pertemuan. Dengan lugas dan tegas, Presiden Indonesia ke-6 itu berjanji akan fokus berkampanye mulai bulan depan demi menyukseskan Prabowo jadi presiden.

Pakar komunikasi politik Universitas Bunda Mulia Silvanus Alvin menilai pernyataan dan janji SBY itu menjadi babak baru dalam upaya memenangkan Prabowo-Sandi di sisa kurang lebih tiga bulan masa kampanye pilpres 2019.
Pertemuan antara Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dengan Calon Presiden Prabowo Subianto di Mega Kuningan. Jakarta.Pertemuan antara Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dengan Calon Presiden Prabowo Subianto di Mega Kuningan. Jakarta. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

SBY dinilai harus menepati janji itu karena elektabilitas Partai Demokrat akan menjadi taruhannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi, langkah SBY ini memang menarik. Taktik macam apa yang akan digunakan oleh the silent general untuk membantu koleganya menang di pilpres 2019. Ini layaknya babak baru dalam drama pilpres 2019," kata Alvin kepada CNNIndonesia.com, Jumat (21/12) malam.

Pernyataan SBY kata Alvin dapat dimaknai sebagai perang psikologis dengan memanfaatkan momentum akhir tahun untuk bersikap tegas.

Akan tetapi langkah yang diambil SBY, menurut Alvin terlihat paradoks atau bertentangan karena sebelumnya SBY seolah membebaskan kader-kader Partai Demokrat dalam memilih baik Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun Prabowo-Sandi.

"Sekarang dengan pernyataan sikap seperti ini, apa SBY mau menganulir sikap sebelumnya dan minta semua kader mendukung Prabowo?" katanya.

Hal ini, kata Alvin, juga menimbulkan pertanyaan lanjutan yakni apakah yang disampaikan SBY usai bertemu Prabowo termasuk sikap pribadi atau sikap Partai Demokrat?

"SBY ini elit politik yang paham sekali dengan semiotika politik. Dari pengamatan saya, SBY menerima dengan baju batik, tak ada emblem Partai Demokrat sama sekali. Nah, jadi SBY ini mendukung Prabowo secara pribadi saja atau bersama seluruh kader dan elit Partai Demokrat?" ujarnya.

Terlepas dari dukungan yang diberikan bersifat pribadi atau atas nama partai, Alvin menilai pernyataan SBY tetap akan membawa dampak bagi Prabowo-Sandiaga.

Namun, lanjutnya, Prabowo-Sandiaga juga perlu mengambil hati para swing voters, kelompok pemilih yang lazim menjatuhkan pilihan saat sesi debat berlangsung.

"Jadi dukungan SBY bukan berarti kemenangan otomatis bagi Prabowo-Sandiaga," ujar Alvin.
Calon presiden nomor urut dua Prabowo Subianto turut hadir pada pembekalan relawan Prabowo-Sandi Calon presiden nomor urut dua Prabowo Subianto ketika hadir pada pembekalan relawan Prabowo-Sandi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Belum Jadi Jaminan

Senada, pakar politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Mada Sukmajati menilai pertemuan Prabowo dengan SBY juga menjadi babak baru negosiasi keduanya untuk memenangkan pilpres 2019.

"Pertemuan itu menunjukkan bahwa negosiasi siapa mendapat apa mulai dibuat. Perlu dilihat nanti apa yang didapatkan dari Prabowo dari SBY, deal-nya. Saya kira ini di 2024 dealnya," kata Mada dihubungi terpisah.

Selain itu, Mada melihat pertemuan tadi menunjukkan SBY sudah mulai tidak lagi menjadi kerikil dalam sepatu Prabowo seperti yang selama ini terlihat.

Meski, kata Mada, hal itu masih diragukan dengan inkonsistensi sikap yang kerap ditunjukkan Demokrat dan SBY, baik sebelum masa pencapresan maupun saat kampanye berlangsung.

"Sejauh ini masih menjadi sinyalemen kuat SBY mendukung Prabowo, tapi garansi dan jaminannya seperti biasa, dalam politik tidak bisa dipegang," katanya.

Meski demikian, Mada berpendapat untuk kepentingan jangka pendek, janji SBY dapat dipegang. Namun, menurutnya tidak ada jaminan bahwa nanti sikap serupa ditindaklanjuti sampai pemungutan suara April mendatang.

"Saya kira masih terbuka negosiasi, Pak SBY dan Demokrat tentu saja masih akan terus memainkan posisi tawarnya dengan hasil perolehan ramalan suara lembaga survei, kemudian mereka akan berusaha mengoptimalkan apa yang mereka dapat di pemilu 2019," katanya.

Lebih lanjut, Mada menilai efek dukungan dari partai pengusung pasangan calon baik Jokowi maupun Prabowo di luar PDIP dan Gerindra, bakal terlihat di akhir masa kampanye atau 21 hari menjelang pemungutan suara.

Masa tersebut, kata dia, merupakan fase 'pacuan kuda' bagi partai politik pengusung karena KPU mulai memperbolehkan kampanye terbuka dengan mobilisasi massa.

"Apakah partai di luar PDIP dalam konteks Jokowi dan di luar Gerindra dalam konteks Prabowo ini memang benar-benar memobilisasi sumber daya sampai tingkat bawah untuk memenangkan kedua paslon ini," katanya.

"Di situ kita baru akan bisa membuktikan semua komitmen, semua negosiasi. Karena bagi saya ini masih dalam negosiasi. Jadi yang baru bisa kita lihat secara benar ya nanti 21 hari itu," ujar Mada.

(vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER