Jakarta, CNN Indonesia --
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat tak terpengaruh dengan hoaks seputar
tsunami Selat Sunda pada 22 Desember yang menerjang Banten dan Lampung.
"BMKG mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan tetap terus meng-
update informasi BMKG melalui media sosial @infobmkg dan aplikasi android @infobmkg," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulis lembaga di Jakarta, Senin (24/12), dikutip dari
Antara.
Ia mengatakan bahwa hingga saat ini alat pengukur pasang surut tidak menunjukkan adanya kenaikan muka laut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan berdasarkan log dari BMKG tidak ada aktivasi sirene di wilayah Labuan, Panimbang, dan Pasuruan seperti yang dikabarkan di beberapa media massa, bahwa terdapat video yang meresahkan yang menyebutkan adanya peringatan dini tsunami," kata Dwikorita.
Tsunami yang melanda sebagian wilayah Pantai Barat Provinsi Banten serta Lampung pada Sabtu (22/12) malam berdasarkan rekaman data seismik tidak terjadi akibat gempa bumi tektonik.
BMKG telah menyampaikan peringatan dini gelombang tinggi akibat faktor cuaca dari 22 Desember pukul 07.00 sampai 25 Desember pukul 07.00 di wilayah Perairan Selat Sunda.
Selain itu warga diminta mewaspadai potensi gelombang tinggi di wilayah Pesisir Selatan Sumatera, Lampung, Pesisir, Kalimantan Barat, Pesisr Utara Jawa (Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur) dan Utara Bali pada 24-25 Desember.
Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika menemukan dua hoaks terkait bencana yang disebarkan melalui media sosial dan pesan pendek. Hoaks pertama adalah soal sebuah alat di Desa Selat Duda yang disebut dapat mendeteksi letusan gunung dalam kurun waktu 2 jam sebelum meletus.
Kepala BNPB Sutopo menyebut alat tersebut merupakan sirine untuk memberi peringatan dini saat ada bahaya dari letusan Gunung Agung dan tidak dapat digunakan untuk mendeteksi letusan gunung.
Hoaks kedua yakni tentang peringatan bencana akhir pada 21 Desember hingga akhir tahun dari sesorang yang mengaku dari BMKG. Hal itu sudah dibantah BMKG secara resmi.
(arh/asa)