Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan jalur perairan laut masih aman dilalui meski terjadi peningkatan status
Gunung Anak Krakatau dari level waspada ke siaga.
"Kapal laut asal tidak lewat kompleks Krakatau kan tidak apa-apa. Kapal laut itu berlayar antara Pulau Rakata dan Anyer. Saya kira masih oke, lah, aman," kata Sekretaris Badan Geologi Antonius Ratdomopurbo di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (27/12).
Antonius atau karib disapa Purbo menjelaskan kompleks Krakatau terdiri dari tiga pulau yaitu Pulau Rakata, Pulau Sertung dan Pulau Panjang. Purbo menyatakan tidak boleh ada aktivitas di sekitar kompleks tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Purbo menjelaskan dalam radius 5 kilometer masyarakat diminta tidak mendekati kawah gunung anak Krakatau. Masyarakat juga diminta menyiapkan masker untuk mengantisipasi abu vulkanik.
"Karena ini mulai ada abu, abu tersebar ke mana-mana tergantung anginnya. Abu itu sangat tergantung angin. Masker jadi penting, barangkali siapa yang mendekat sisi Banten atau Lampung, merasa ada abu, saya kira lebih baik menggunakan masker," katanya.
Purbo mengatakan tercatat ketinggian abu berdasarkan pantauan visual mencapai 2.500 sampai 3.000 meter. Arah abu, kata dia, tergantung angin berembus.
Sementara itu, untuk penerbangan, Badan Geologi sudah memberi rekomendasi kepada Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai lembaga yang berwenang memberi peringatan dini kepada otoritas terkait
"Masalah penerbangan saya kira kita memberikan
warning saja bahwa ada gunung meletus. Deteksinya di BMKG," katanya.
Kemarin, Kementerian Perhubungan mencatat terjadi penurunan jumlah penumpang yang melakukan aktivitas penyeberangan dari Pelabuhan Merak, Banten, menuju ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung seusai bencana tsunami di pesisir Selat Sunda akhir pekan lalu.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan banyak masyarakat yang masih khawatir dengan situasi ombak di Selat Sunda. Kekhawatiran tersebut kata dia menjadi penyebab penurunan jumlah penumpang yang menggunakan fasilitas penyeberangan di sana.
"Di Merak banyak masyarakat yang enggan menyeberang karena ombak. Masyarakat juga masih banyak yang bertanya bagaimana dengan kondisi penyeberangan," kata Budi di kantornya, Rabu (26/12).
(swo/wis)