Jakarta, CNN Indonesia --
Badan Pemenangan Nasional (BPN)
Prabowo Subianto - Sandiaga Uno melakukan perubahan atas
visi misi sepekan jelang gelar
debat perdana capres dan cawapres.
Koordinator Juru Bicara BPN,
Dahnil Anzar Simanjuntak berdalih perubahan hanya pada segi estetika kata. Tak ada perubahan signifikan. Sebatas "agar lebih
eye catching," katanya.
"Ya kebutuhan publik agar mudah dibaca dan kebutuhan estetika saja," kata Dahnil kepada
CNNIndonesia.com melalui pesan singkat, Jumat (11/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejurus kemudian, Tim Koalisi Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf menyambar dengan sindir dan kritik. Juru Bicara TKN, Ace Hasan Syadzily mengatakan perubahan visi-misi Prabowo-Sandiaga sangat signifikan. Bisa dibilang dirombak total.
"Yang mereka lakukan adalah merombak total visi misi lama dengan cara menjiplak," kata Ace.
Menurutnya, hal itu terlihat ketika 116 dari 238 agenda aksi atau sekitar 48,74 persen adalah agenda aksi yang baru sama sekali. "Sisanya adalah
editing bahasa, sehingga bahasa yang sebelumnya amburadul, dipoles lagi agar lebih terlihat canggih," kata dia.
 Juru Bicara TKN Ace Hasan Syadzily. (CNN Indonesia/Abi Sarwanto) |
Sejumlah pihak menilai, secara psikologi politik, perubahan atas visi-misi bisa jadi sangat krusial dalam turun naik elektabilitas paslon Pilpres.
Peneliti politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indria Samego menilai revisi atas visi-misi yang disetorkan ke KPU pada Rabu (9/1), menunjukkan rendahnya kreativitas 'tim dapur' Prabowo Sandi.
"Jika memang ada perubahan visi-misi yang cukup banyak, sangat besar kemungkinan itu terjadi karena mereka (BPN) berbenah setelah membandingkan visi-misi mereka terdahulu dengan milik kubu Jokowi-Ma'ruf," kata Indria Samego kepada
CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon.
Kendati demikian, dalam kontestasi elektoral pada umumnya, perubahan atas visi-misi biasa terjadi. Apalagi, kata Indria, waktu menuju Pilpres 2019 masih cukup panjang. "Sangat wajar," kata Indria menegaskan.
 Prabowo Subianto. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Indria juga menyoroti polemik tudingan yang dilempar kubu Jokowi bahwa visi-misi baru kubu 02 menjiplak dari apa yang telah dibuat oleh petahana. Menurutnya, jika ini memang benar demikian, sekali lagi, kreativitas kubu Prabowo-Sandi sungguh dapat diukur.
"Kalau Anda pelajari, dalam dunia akademis misalnya, gelar doktor pun bisa langsung dicabut jika terbukti plagiat," tegasnya.
Indria memberi catatan, perubahan visi misi ini tidak akan berdampak signifikan terhadap jumlah pemilih, asalkan kubu Prabowo mampu menjaga kabar ini tidak viral dan meluas. "Bergantung input dari medsos," ujarnya.
Sementara itu, peneliti LSI Denny JA, Ikrama Masloma menilai apa yang dilakukan kubu Prabowo-Sandi fatal. Langkah perubahan atas visi-misi Prabowo-Sandi akan dinilai masyarakat sebagai bentuk ketidakseriusan paslon beserta tim pemenangannya maju sebagai calon presiden.
"Visi-misi adalah hal esensial dalam pemilu. Namun jika calon tidak konsisten dengan visi misinya, publik menilai kandidat tidak punya kemantapan, juga solusi dan gagasan," kata Ikrama, Jumat (11/1).
Apalagi, kata Ikrama, kubu Prabowo-Sandi diketahui sempat dikabarkan mengusulkan untuk tidak mengikuti debat. Situasi ini akan menambah ragu publik pada kemampuan calon yang akan dipilihnya.
"Visi misi adalah jalan untuk menarik pemilih, kalau begini langkah Prabowo tentu tidak menguntungkan mereka," ujarnya.
Ikrama juga menyoroti pernyataan Dahnil Anzar yang menyebut perbaikan visi-misi hanya lebih untuk mempertimbangkan unsur estetika. Menurutnya, visi-misi adalah rohnya kampanye. Visi-misi, juga menggambarkan orientasi kandidat.
"Visi-misi bukan gimik politik. Bukan lipstik. itu vital," tegasnya.
(ain/gil)