Jakarta, CNN Indonesia --
Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi ramai-ramai menyayangkan performa paslon petahana,
Joko Widodo-Ma'ruf Amin, yang menyerang
Prabowo, termasuk Partai Gerindra dalam
debat capres perdana, Kamis (17/1) malam. Jokowi dituding menyerang lewat 'peluru' hoaks Ratna Sarumpaet, hingga caleg-caleg mantan narapidana korupsi dalam tubuh Partai Gerindra.
"Kami merasa dapat serangan baik secara pribadi maupun institusi," kata Sudirman usai menghadiri debat di Hotel Bidakara, Jakarta.
Senada disampaikan Wakil Ketua BPN, Ahmad Muzani. "Kami merasa dapat serangan baik secara pribadi maupun institusi," kata Sudirman usai menghadiri debat di Hotel Bidakara, Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wasekjen Partai Demokrat, Andi Arief juga menyoroti aksi ofensif Jokowi untuk Prabowo. "Sebagai penantang, Pak Prabowo defensif. Pak Jokowi cukup menakutkan, atau Pak Prabowo makin sabar. Semalam Pak Jokowi seperti danjen kopassus," kata Andi melalui pesan singkat, Jumat (18/1).
TKN Janjikan tak menyerang sebelum debat capres
Janji Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi tidak akan menyerang pasangan lawan dinilai bertolak belakang dengan yang terjadi pada debat capres perdana malam tadi.
Padahal, sebelumnya, Sekretaris TKN Hasto Kristiyanto mengatakan
karakter pasangan calon nomor urut 01 itu bukan menyerang.
Menurut Hasto, Jokowi cenderung menciptakan arus balik atas dinamika yang terjadi. Sementara Ma'ruf dinilai memiliki kemampuan analogi yang sangat baik.
Namun dalam debat capres semalam, Jokowi justru terlihat lebih banyak menyerang Prabowo.
Pantauan
CNNIndonesia.com, di sesi awal Jokowi sempat menyindir Prabowo dengan kasus dugaan penyebaran hoaks yang menjerat mantan juru kampanyenya Ratna Sarumpaet.
Hal ini terkait klaim Jokowi yang menyebut tak memiliki konflik kepentingan dalam menindak segala kasus hukum. Ia meminta jika ada bukti soal tekanan hukum agar dilaporkan langsung ke penegak hukum.
"Jangan grasak grusuk, jurkam Pak Prabowo misalnya. Katanya dianiaya, mukanya babak belur. Tapi apa yang terjadi, operasi plastik. Akhirnya konpers, loh ini negara hukum," sindir Jokowi.
Selain itu, Jokowi juga sempat mempertanyakan komitmen Prabowo dalam pemberantasan korupsi. Ia mencontohkan banyak mantan narapidana kasus korupsi dari Partai Gerindra yang mendaftar sebagai caleg. Sesuai aturan KPU, mantan narapidana kasus korupsi tak boleh mendaftar caleg.
"Menurut ICW, partai yang bapak pimpin paling banyak calonkan mantan narapidana korupsi. Calon itu yang tanda tangan ketum, berarti Pak Prabowo tanda tangan," kata Jokowi.
Namun pernyataan Jokowi itu dibantah Prabowo. Mantan danjen Kopassus itu mengaku belum mendapat laporan terkait mantan narapidana kasus korupsi yang mendaftar caleg.
Dari penampilan debat tersebut, penampilan Jokowi-Ma'ruf memang dikritik karena dianggap terlalu tegang. Berbeda dengan Prabowo-Sandi yang dinilai lebih rileks dalam menjawab berbagai pertanyaan.
Padahal, menurut pakar semiotika Universitas Padjajaran Kunto Adiwibowo, Jokowi sempat terlihat santai ketika melontarkan serangan terkait hoaks Ratna tersebut.
(psp/ain)