Jakarta, CNN Indonesia -- Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Pusat menyayangkan
sikap MUI DKI Jakarta sebagai salah satu inisiator acara
Munajat 212 yang berlangsung pada Kamis (21/2).
MUI Pusat menilai MUI DKI Jakarta tidak mampu mengendalikan kegiatan tersebut agar tetap berada pada arah dan tujuan semula, yaitu berdoa, berzikir dan bermunajat untuk memohon keselamatan negara.
Wakil Ketua Umum MUI Pusat Zainut Tauhid Saadi menyatakan Munajat 212 cenderung menjurus ke arah politik praktis dengan mendukung salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden tertentu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Politik yang dibangun oleh MUI adalah politik kemuliaan yang berorientasi kepada persatuan, persaudaraan, dan kemaslahatan bangsa dan negara. Bukan politik praktis yang dapat menimbulkan perpecahan, permusuhan dan konflik sesama anak bangsa," kata Zainut dikutip dari keterangan resmi, Sabtu (23/2).
Zainut menegaskan MUI tidak melarang pengurus berkecimpung di bidang politik praktis, asal hal tersebut dilakukan atas nama pribadi.
Oleh sebab itu, MUI Pusat mengimbau pimpinan MUI di seluruh Indonesia agar dapat memfungsikan organisasi MUI sebagai perekat dan pemersatu umat menjelang kontestasi politik.
"Hendaknya MUI dapat membantu menciptakan situasi yang kondusif, ikut mendinginkan suasana selama masa kampanye, agar pesta demokrasi dapat berjalan dengan lancar, tertib, aman dan menggembirakan," kata dia.
Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta Yusuf Aman menyatakan bahwa penyelenggaraan acara Malam Munajat 212 tergolong tak sesuai rencana atau di luar kendali.
Gestur bernuansa kampanye capres nomor urut 02, Prabowo-Sandi marak dalam acara yang diinisiasi MUI DKI Jakarta di Monas, Kamis (21/2) malam itu. Acara yang diagendakan untuk doa bersama demi keselamatan bangsa pun jadi sarat pemandangan bernuansa politis.
"Ini sudah
lost control. Maaf, hal tersebut bukan yang dikehendaki oleh MUI," ucap Yusuf kepada CNNIndonesia.com melalui pesan singkat, Jumat malam.
(ulf/asa)