Jakarta, CNN Indonesia -- Haris Ismail alias Ujang (25), seorang buruh yang diduga diculik dan
dianiaya oleh oknum anggota polisi menjalani perawatan medis di RS Bhayangkara Palembang, Senin (25/2). Keluarga Haris pun sudah melaporkan perkara tersebut ke
Polda Sumsel.
Peristiwa salah tangkap yang dialami Haris terjadi pada Kamis (21/2) sekitar pukul 20.00. Saat itu, Haris sedang berada di rumah Krisna Murdani (25) rekan satu profesinya di Desa Kamal, Kecamatan Pemulutan Barat, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
Krisna dan Haris baru saja pulang bekerja dari lokasi proyek pembangunan Tol Kapal Betung di Kecamatan Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami berangkat kerja itu Sabtu (16/2) dan baru pulang Kamis sore itulah. Sebelum kejadian, Haris pinjam motor saya untuk beli rokok di warung, enggak terlalu jauh dari rumah saya. Waktu beli rokok itu dia ditangkap," ujar Krisna.
Saat kejadian, Krisna heran karena warga ramai-ramai mendekati lokasi penangkapan Haris. Krisna ikut mendekat dan terkejut melihat rekannya tersebut sedang diringkus oleh sekelompok pria tak dikenal.
"Saya lihat banyak yang tangkap Haris, ada dua mobil dan tiga motor. Saya tanya ke orang-orang itu ada apa, mau diapakan Haris, dijawabnya 'mau di bawa ke Polda'. Saya bingung Haris ngapain, padahal kami baru pulang ngangkut batu di Kayuagung," tutur Krisna.
Sementara itu, D (36) salah seorang saksi mata yang menyaksikan penangkapan Haris menjelaskan, dirinya tak mengetahui ada penangkapan sampai dikejutkan dengan tiga kali letusan senjata api. D yang saat itu tengah duduk di depan warung seketika masuk ke rumah karena ketakutan.
"Mereka teriak 'berhenti-berhenti'. Haris waktu itu sudah beli rokok dan sudah naik motor. Dia dipaksa masuk ke mobil orang-orang itu. Saya intip dari dalam rumah karena takut tembakannya nyasar," ujar D.
Warga sempat berkerumun saat mendengar letusan senjata api tersebut. Namun sekelompok pria yang membawa Haris membubarkan kerumunan warga dan kemudian membawa Haris pergi menggunakan mobil.
Saat ditemui di RS Bhayangkara, Haris yang masih dirawat pun bercerita. Saat di dalam mobil usai penangkapan, dia dipaksa mengaku sebagai pelaku pemerkosa Bidan Y. Haris berusaha membantah setiap tuduhan terhadap dirinya.
Namun setiap kali ditanya, seorang pria ikut menghantam Haris dengan pukulan. Saat itu kondisi mata Haris tertutup.
"Saya dipaksa ngaku. Saya bantah, jawab tidak. Ada sekitar sejam lebih saya di dalam mobil, tangan diikat," kata dia.
 Ilustrasi. (CNNIndonesia/Fachri Fachrudin) |
Satu jam setelah penangkapan, warga Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin menemukan Haris tergeletak di pinggir jalan. Haris dalam kondisi setengah sadar, babak belur, dan ada bekas jeratan di tangan saat ditemukan warga.
Warga kemudian melaporkan penemuan tersebut ke Polsek Rambutan. Setelah itu Haris dievakuasi ke RS Bhayangkara Palembang.
Pihak keluarga, baru mengetahui bahwa Haris dibawa ke RS Bhayangkara Palembang Jumat (22/2) sehari setelah kejadian penganiayaan tersebut. Hayan (61), ayah Haris mengaku keluarga mendapatkan informasi tersebut dari Kepala Desa Kamal, Kecamatan Pemulutan Barat.
"Kata Kades kami harus ke Palembang, Ujang masuk rumah sakit. Kami kaget, lemas dengar kabar itu. Babak belur Ujang dipukulin. Saya enggak tahu siapa yang mukulin, saya hanya minta kasus ini diusut," ujar Hayan saat ditemui di RS Bhayangkara Palembang.
Keluarga Haris telah melaporkan kasus ini ke Polda Sumatera Selatan dan melampirkan hasil visum.
Hayan mengatakan Haris dan keluarganya tidak mengenal bidan Y, yang mengaku menjadi korban pemerkosaan pada Senin (18/2) dini hari di Desa Simpang Pelabuhan Dalam, Kabupaten Ogan Ilir. Menurutnya, jarak antara rumah ke lokasi bidan tersebut sekitar 25 kilometer.
"Lokasinya itu jauh, harus lewat delapan desa kalau mau ke Simpang Pelabuhan Dalam dari rumah kami. Kenal pun tidak kami dengan bidan itu," tutur Hayan.
Pihak keluarga berharap polisi bisa mengusut tuntas kasus penganiayaan yang dialami anak bungsunya tersebut.
"Ujang itu tulang punggung keluarga, anaknya satu masih kecil lima tahun, kasihan dia enggak bisa kerja. Kami inginnya [penyelidikan] terus [dilanjutkan], anak saya sudah dikeroyok," ujar dia.
Kapolda Sumsel Inspektur Jenderal Zulkarnain Adinegara menegaskan akan mengusut tuntas dugaan penganiayaan yang dilakukan oknum polisi tersebut.
"Ini [pelakunya] oknum polisi, tidak mungkin preman tangkap orang disuruh ngaku perkosa. Itu tugas saya, tetap profesional. Saya tidak akan menutup-nutupi kasus ini. Kalau memang ternyata oknum polisi yang melakukan, itu aib kami. Betul akan kami sikat pelakunya, termasuk dugaan pemerkosaan itu. Asal tetap sesuai dengan yuridis, etis, dan teknis," ujar Zulkarnain.
Terkait kasus pemerkosaan bidan Y, Zulkarnain mengatakan penyidik masih menunggu hasil visum dalam waktu dekat setelah menurunkan puslabfor untuk olah tempat kejadian perkara. Zulkarnain mengaku belum bisa memastikan apakah dalam kasus tersebut telah terjadi pemerkosaan.
(idz/pmg)