SUARA ARUS BAWAH

Curhat Perlakuan Diskriminatif dan Apatis Politik Kaum LGBT

CNN Indonesia
Senin, 15 Apr 2019 10:46 WIB
Kaum LGBT yang tergabung dalam Arus Pelangi apatis dengan politik karena merasa politikus tak bisa memperjuangkan hak mereka selama ini.
Foto ilustrasi. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Ryan dan anggota Arus Pelangi lainnya sempat membagikan cerita pengalaman terkait kendala mereka sebagai warga negara dan juga sebagai bagian dari kelompok LGBT.

Pertama, Ryan menceritakan banyaknya transgender perempuan yang kesulitan mengurus kartu tanda penduduk (KTP). 

Belum lagi banyak transgender perempuan yang harus keluar dari rumahnya sejak usia muda karena kerap diejek sehingga tidak mengurus KTP-nya. Selain itu banyak juga yang kesulitan mendapatkan pekerjaan secara formal atau mengurus hal-hal lainnya karena KTP yang dimiliki berjenis kelamin laki-laki.

Abyan juga ikut membagi ceritanya ketika mendapati kesulitan saat ingin mengganti nama. Abyan yang terlahir sebagai perempuan ingin mengubah identitas menjadi laki-laki.
Spanduk tudingan soal hargai hak-gak LGBT yang dikaitkan dengan salah satu partai politik. (Detikcom/Agung Pambudhy)

Namun prosesnya tidak semudah yang dibayangkan. Belum lagi perlakuan yang membuatnya tidak nyaman.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di pengadilan, akte saya perempuan. Yang mau diganti namanya saja bukan jenis kelamin. Itu saya sampai harus body screen, buka celana, buka baju tapi bukan tim medis yang periksa saya tapi hakim panitera pengganti. Itu sama saja seperti pelecehan, padahal saya ikuti prosedurnya," kata Abyan.

Selain itu Abyan juga terus menceritakan ketidaknyamanan saat hakim terus menyinggung soal penampilan fisiknya dan bingung memanggil dirinya dengan ucapan 'pak atau 'bu'. Pengalaman ini pun disaksikan sejumlah warga karena merupakan sidang terbuka. 

Sementara, Stacey juga bercerita bagaimana dirinya kesulitan saat mecari kos. Menurutnya hal ini terjadi kepada banyak perempuan dari kelompok LGBT baik yang transgender maupun bukan. 

Berdasarkan pengalamannya, ia kesulitan mencari kos karena pemilik kos menilai dirinya berkelakuan tidak baik karena penampilannya yang terlalu maskulin untuk seorang perempuan.

Anggota LGBT yang lain, Ino (30) berharap siapapun yang terpilih nanti di pemilu, bisa memperjuangkan agar hak-hak LGBT dihormati karena ini adalah bagian dari hak asasi.

Sementara Stacey juga berharap masyarakat bisa menerima kelompok LGBT seperti manusia lainnya.

Kaum LGBT menurutnya punya potensi yang bisa dikembangkan namun ini sama sekali tidak pernah dianggap oleh masyarakat. Yang selalu dilihat masyarakat kaum LGBT selalu dicap bersalah hanya dilihat dari tampilan luarnya semata. (ani/sur)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER