Pemilu 1977 dilaksanakan untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Pemilu hanya diikuti oleh tiga peserta. Mereka adalah Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Golongan Karya.
 Soeharto saat berkuasa. (REUTERS) |
Minimnya peserta pemilu merupakan akibat dari keinginan pemerintah rezim Orde Baru yang ingin menyederhanakan jumlah partai politik. Itu diterapkan berdasarkan UU No 3 tahun 1975 tentang Partai Politik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Partai-partai beraliran Islam melakukan fusi dan membentuk PPP. Sementara partai-partai beraliran nasionalis dan nonislam fusi menjadi PDI.
Ciri khas Pemilu 1977, yang hanya diikuti tiga peserta, cenderung sama dengan pemilu-pemilu sesudahnya, yakni pada 1982, 1987, 1992, dan 1997. Golkar pun selalu menang telak dibanding dua peserta pemilu lainnya. Walhasil, Soeharto langgeng terpilih sebagai presiden yang dipilih melalui MPR. Begitu pun pada Pemilu 1997. Golkar kembali menang. Soeharto kembali menjadi presiden.
Pemilu 1999
Soeharto mengundurkan diri dari kursi presiden pada 1998 atau setahun setelah Pemilu 1997. Dia memutuskan untuk mundur usai masyarakat berdemonstrasi menginginkan reformasi pada 1998.
Masyarakat mendambakan pemilu yang jujur dan adil serta perombakan kabinet. Massa menilai hasil Pemilu 1997 tidak mencerminkan aspirasi masyarakat yang sesungguhnya. Baharudin Jusuf Habibie, wakil presiden, naik menjadi presiden menggantikan Soeharto. Dia kemudian menyelenggarakan pemilu pada 1999.
 Soeharto lengser. (REUTERS) |
Pemilu kali ini diikuti oleh lebih banyak peserta dibanding 1971-1997. Ada 48 partai politik. Sebagian besar baru terbentuk usai Soeharto lengser. Hanya PPP dan Golkar peserta lawas yang kembali ikut pemilu dengan nama yang sama.
PDI Perjuangan didapuk sebagai partai politik dengan perolehan suara terbanyak. Persentase suara yang diperoleh mencapai 33,7 persen atau 153 kursi DPR. Diikuti Golkar dengan 22,4 persen atau 120 kursi.
Partai lain yang mendapat suara terbanyak yakni PPP dengan 10,7 persen atau 58 kursi, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan 12,6 persen atau 51 kursi. Lalu, ada Partai Amanat Nasional (PAN) dengan 7,12 persen atau 34 kursi. Kemudian, Partai Bulan Bintang (PBB) dengan 1,94 persen atau 13 kursi.
Pemilu 1999 dilakukan untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota. Pemilihan presiden masih dilakukan melalui voting di MPR.
Wajah baru Pemilu 2004
Pemilu 2004 merupakan tonggak awal perubahan mekanisme pemilihan umum di Indonesia. Masyarakat tidak hanya memilih calon anggota legislatif, tetapi juga dapat memilih langsung calon presiden-calon wakil presiden. Pada pemilu-pemilu sebelumnya, presiden dan wakil presiden dipilih oleh anggota MPR.
Pemilu legislatif 2004 diikuti oleh 24 partai politik. Mereka memperebutkan kursi DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota. Ada 550 kursi DPR yang diperebutkan. Pemungutan suara pemilu legislatif dilaksanakan pada 5 April.
Pada pemilu ini, Golkar dinyatakan sebagai partai dengan perolehan suara terbanyak. Mereka berhasil mendapat 21,58 persen suara atau 128 kursi DPR. Urutan kedua dihuni oleh PDI Perjuangan dengan 19,82 persen atau 109 kursi. Diikuti PKB dengan 10,57 persen suara atau 52 kursi. Kemudian PPP dengan 8,15 persen suara atau 58 kursi dan Demokrat 7,45 persen atau 55 kursi.
 SBY-JK (Noor Aspasia Hasibuan) |
Tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilu 2004 mencapai 84 persen. Pemilih yang terdaftar sebanyak 148.000.369 dan 124.420.449 menggunakan hak suaranya. Pemungutan suara Pemilihan Presiden 2004 dilaksanakan pada 5 Juli. Ada 5 pasang capres-cawapres.
Mereka yang berkontestasi antara lain Wiranto-Salahuddin Wahid, Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Amien Rais-Siswono Yudo Husodo. Kemudian, Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla dan Hamzah Haz-Agum Gumelar.
Pemilihan capres-cawapres harus dilakukan dua putaran lantaran tidak ada paslon yang memperoleh suara di atas 50 persen. Di putaran kedua hanya ada dua paslon yang bertarung. Mereka adalah Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi.
Hasil akhir menyatakan bahwa SBY - Jusuf Kalla memperoleh 60,6 persen suara. Unggul atas Megawati-Hasyim yang mendapat 39,3 persen suara.