Jakarta, CNN Indonesia -- Penampilan dua pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pada
debat terakhir Pilpres 2019 dinilai bisa menentukan pemilih yang belum menentukan sikap atau
undecided voters.Direktur Eksekutif Median Rico Marbun memprediksi
undecided voters akan cenderung menjatuhkan pilihan ke kubu lawan, Prabowo Subianto dalam Pilpres 2019.
Rico mengatakan kecenderungan ini didukung dengan performa Prabowo dalam debat pamungkas, Sabtu (13/4) yang dinilai cukup agresif menyerang Joko Widodo sebagai capres petahana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"
Undecided itu sebagian besar proporsinya lari ke 02. Ini berdasar kecenderungan sikap pemilih yang tidak secara lugas memberi pilihan pada inkumben dan memilih diam, umumnya mereka lebih memilih oposisi," ujar Rico kepada
CNNIndonesia.com, Minggu (14/4).
Rico menilai sikap Prabowo berhasil meyakinkan para
undecided voters selama penampilan dua debat terakhir. Dalam sesi awal, Prabowo dinilai melancarkan berbagai serangan. Namun, Jokowi tak terlalu menanggapi. Hingga di sesi akhir debat, Jokowi baru mulai membalas serangan-serangan tersebut.
"Sebelumnya Prabowo kan terlihat menahan diri. Tapi, di debat ini keluar karakter aslinya yang beberapa kali menyerang, sehingga sempurnalah Prabowo sebagai oposisi," katanya.
Berdasarkan hasil survei Median, jumlah
undecided voters masih berada di kisaran 13,3 persen. Kendati demikian, Rico tak dapat memastikan seluruh
undecided voters ini akan menjatuhkan pilihan pada Prabowo.
"Kalau kecenderungannya ke oposisi mungkin iya, tapi apakah bisa menang ya belum tentu," ucap Rico.
Di sisi lain, Rico meyakini performa debat kedua capres dalam debat semalam tak akan memengaruhi pemilih golput. Ditilik dari karakteristik pemilih golput di Indonesia, kata dia, sejak awal pemilih golput tak peduli dengan performa debat masing-masing calon.
"Untuk golput karakteristiknya bukan lihat perdebatan kemudian golput. Yang golput itu mereka yang menganggap presiden ganti atau engak ya sama aja. Sementara mereka yang melihat debat di TV memang yang punya
concern sama pemilu. Sehingga mereka tidak akan golput," katanya.
 Cawapres Ma'ruf Amin bersama dua capres Joko Widodo dan Prabowo Subianto saat debat terakhir Pilpres 2019. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Hal berbeda disampaikan pengamat politik Universitas Padjajaran Idil Akbar. Menurut Idil, para
undecided voters ini cenderung menjatuhkan pilihannya ke Jokowi. Hal ini tak lepas dari keseluruhan performa debat Jokowi-Ma'ruf yang dinilai lebih mendominasi ketimbang Prabowo-Sandi.
"
Undecided ini sebenarnya sudah tahu siapa yang akan dipilih. Kecenderungannya lari ke 01, itu sudah terlihat dari data dan fakta yang ditampilkan," katanya.
Selain dari performa debat, kecenderungan
undecided yang menjatuhkan pilihan pada Jokowi juga dipengaruhi gelaran rapat umum atau kampanye akbar terakhir capres nomor urut 01 itu di GBK, Senayan, Sabtu (13/4).
Besarnya antusiasme pendukung Jokowi yang datang ke GBK diyakini Idil akan memengaruhi pilihan para
undecided voters.
"Rapat umum itu luar biasa besar animonya, bahkan mengejutkan, ya. Itu yang kemudian membuat orang berpikir 'wah ternyata memang pendukung 01 begitu banyak'," tuturnya.
Masyarakat sendiri, menurut Idil, dapat membandingkan kampanye akbar serupa yang digelar kubur Prabowo sepekan sebelumnya. Diketahui kubu Prabowo menggelar salat subuh berjamaah di GBK pada 7 April lalu. Sementara dalam rapat umum kubu Jokowi digelar pada siang hari dengan hiburan musik dari sejumlah artis.
"Dari situ terlihat sekali perbedaan yang mencolok. Masyarakat pasti akan melihat dua realitas itu untuk menentukan siapa (calon yang akan dipilih)," katanya.
Sementara untuk pemilih golput, menurut Idil tak akan banyak terpengaruh dengan performa masing-masing calon dalam debat semalam. Bagi golput 'garis keras', mereka tetap tak akan memilih karena menganggap siapa pun yang menjadi pemenang dalam kontestasi pilpres ini tak akan berdampak apapun.
Namun ada pula pemilih golput yang menunggu momentum untuk menjatuhkan pilihannya. Pemilih semacam ini, kata Idil, masuk dalam kategori
undecided voters.
"Mereka ini golput karena belum ada momentum. Ketika ada dinamika yang muncul bisa jadi momentum mereka untuk memilih," ucap Idil.
Ia memprediksi jumlah pemilih golput pada Pilpres 2019 tak akan berbeda jauh dengan Pilpres 2014. Pada Pilpres 2014, jumlah pemilih golput berada di kisaran 20-25 persen.
"Saya belum dapat data, tapi hitungan kita tak akan bergeser dari 75-80 persen yang masih memilih. Maka kita lihat tiga hari ke depan selama masa tenang ini karena kondisinya bisa sangat dinamis," ucapnya.
[Gambas:Video CNN] (psp/pmg)