Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur DKI Jakarta
Anies Baswedan akan mulai merevitalisasi trotoar di kawasan elite
Kemang, Jakarta Selatan. Trotoar yang akan direvitalasasi membentang sekitar 7,5 km mulai dari Jalan Kemang Raya sampai Jalan Kemang I.
Bersamaan dengan rencana untuk menjadikan Kemang sebagai kawasan ramah pejalan kaki, Anies juga akan membatasi penggunaan kendaraan pribadi roda empat. Kendaraan pribadi yang diizinkan masuk wilayah Kemang hanya milik warga setempat.
Untuk mengakses wilayah Kemang, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan menyiapkan kantung-kantung parkir dan bus shuttle yang beroperasi di sekitar Kemang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencana kebijakan Anies itu bukan tanpa kritik. Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti Nirwono Joga mempertanyakan rencana tersebut. Sebab pembatasan kendaraan dan revitalisasi trotoar di Kemang seharusnya belum menjadi prioritas Pemprov DKI Jakarta.
Nirwono melihat Pemprov DKI akan lebih baik memprioritaskan penataan trotoar yang terkoneksi dengan stasiun MRT (Mass Rapid Transit) dan LRT (Light Rail Transit) yang sudah beroperasi.
"Mengapa tidak menata trotoar yang menghubungkan antar stasiun MRT, LRT, KRL, terminal atau halte bus dalam upaya mendukung pengembangan transportasi massal yang tengah digalakkan? Justru ini lebih prioritas," ujar Nirwono saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Senin (15/4).
Nirwono menilai penataan trotoar yang terkoneksi dengan sarana transportasi umum bisa mendukung pergerakan penumpang pada transportasi massal di DKI Jakarta. Penataan itu yang kini sebetulnya jauh dibutuhkan jika ingin mendukung transportasi massal macam MRT dan LRT yang saat ini jadi 'primadona' baru warga.
"Apa urgensinya penataan trotoar Kemang bagi pembangunan kota Jakarta dibandingkan kebutuhan penataan trotoar yang mendukung pengembangan transportasi massal?" kata Nirwono.
Tak Punya Rencana BesarNirwono mengatakan salah arah prioritas pembangunan ini besar kemungkinan karena Pemprov DKI Jakarta tidak memiliki Rencana Induk Pejalan Kaki, Rencana Induk Saluran Air Kota, dan Rencana Induk Jaringan.
"Dengan adanya rencana induk pekerjaan, pembangunan khususnya trotoar dapat lebih terarah, terencana, matang, memiliki prioritas yang jelas, dan terpadu," kata Nirwono.
Keberadaan rencana besar ini, bagi Nirwono akan membuat pembangunan lebih terarah dan jelas. Nirwono pun menyarankan revitalisasi trotoar dilakukan sekaligus dengan rehabilitasi saluran air di bawah trotoar, sehingga pembangunan tidak dilakukan satu per satu.
"Revitalisasi trotoar harus diikuti dengan rehabilitasi saluran air di bawah trotoar sehingga terlihat rapi dan tidak ada lagi kegiatan bongkar pasang trotoar ke depannya," ujar Nirwono
Nirwono mengatakan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Detail Tata Ruang Pemprov DKI Jakarta 2030, kawasan Kemang diproyeksikan akan dikembangkan sebagai kawasan hunian sekaligus wisata.
Nirwono menyarankan agar Pemprov DKI Jakarta tidak memakan badan jalan ketika melebarkan trotoar. Pemprov disarankan untuk meminjam lahan kavling yang ada di tepi jalan.
"Nanti pemilik lahan mendapatkan keringanan peniadaan PBB seluas lahan yang terpakai, keringanan perizinan bagi pemilik usaha, serta keringanan pembayaran listrik dan air bersih," ujar Nirwono.
Karenanya Nirwono menegaskan sekali lagi rencana revitalisasi trotoar di kawasan Kemang saat ini belum tepat. Pemprov harus lebih dulu merencanakan penataan Kemang secara holistik. Pemprov pun harus memikirkan penataan pemukiman hingga arus lalu lintas di kawasan Kemang dan sekitarnya.
"Perlu dilakukan sekarang tentang konsep penataan dan peruntukan antara pemukiman warga dengan rencana pengembangan tujuan kawasan wisata. Jadi tidak tiba-tiba mau menata trotoarnya saja kemudian mau membatasi kendaraan lain," kata Nirwono.
[Gambas:Video CNN] (jnp/osc)