Makassar, CNN Indonesia -- Sebanyak 70 orang penghuni Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya
Makassar, Kelurahan Sinrijala, Kecamatan Panakukang, antusias mendatangi Tempat Pemungutan Suara (TPS), Rabu (17/4).
Sejak pagi mereka sudah melebur dengan masyarakat lainnya yang terdaftar di TPS 9 di dalam kawasan panti.
Yulianti Rama (18), yang pertama kali menggunakan hak pilihnya mengaku tegang saat memasuki bilik suara. Ia tidak begitu paham harus melakukan apa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya saya pikir hanya satu kertas yang dibuka, tapi ternyata harus dibuka semuanya," kata Anti setelah menggunakan hak pilihnya.
Karena keterbatasan fisik, ia berada dalam bilik suara lebih lama dari pemilih lainnya. Ia juga mengeluhkan tidak adanya alat bantu yang memadai.
"Mejanya terlalu tinggi, dan kertasnya sangat lebar, susah melipatnya," tutur perempuan asal Tana Toraja itu.
Namun ia merasa sangat terbantu setelah petugas TPS memilih menurunkan kotak suara. Soal sosialisasi, ia merasa masih kurang.
"Yang saya tahu hanya calon presiden, partai-partai saya tidak begitu paham," katanya menambahkan.
Selain Yulianti yang antusias meski kesulitan, rekan sejawatnya di dalam panti, Asti Krisanti (19), juga merasakan hal yang sama. Karena kedua tangannya tidak berfungsi baik, ia mencoblos menggunakan kaki. Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) akhirnya memindahkan bilik suara ke lantai.
"Kita akan membantu pemilih yang mengalami kesulitan tanpa mempengaruhi hak pilih mereka," kata Ketua KPPS Muhammad Dawan.
Di TPS ini, sebanyak 263 orang terdaftar sebagai pemilih. Tujuh puluh lima orang di antaranya adalah penghuni dan pegawai Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar.
"Hanya satu orang yang disabilitas buta, selebihnya disabilitas daksa atau keterbatasan fisik," ujar Dawan.
Jumlah pemilih disabilitas di Makassar untuk Pemilu 2019 sebanyak 1.153 orang. Sedangkan secara keseluruhan, kata Komisioner Komisi Pemilihan Umum Sulawesi Selatan M Asram Jaya, ada 20.406 pemilih disabilitas.
(anc/stu)