Jakarta, CNN Indonesia -- Politikus Partai
Demokrat Cipta Panca Laksana mengatakan calon presiden nomor urut 02
Prabowo Subianto pernah mengabaikan naskah pidato yang telah dikoreksi Susilo Bambang Yudhoyono (
SBY). Itu terjadi saat Prabowo menyampaikan pidato kebangsaan di Jakarta Convention Center Januari lalu.
Kala itu, SBY hadir di acara mengenakan batik berwarna ungu.
"Pak SBY mendukung Pak Prabowo salah satunya ditujukan di Pidato Kebangsaan Prabowo. Bahkan naskahnya beliau koreksi sendiri. Setelah bolak-balik disepakati naskah akhir dengan durasi sekitar 40 menit. Tahu apa yang terjadi? Prabowo baca naskah lain 1,5 jam," tutur Panca melalui cuitannya @panca66, Jumat (10/5).
Panca mengutarakan itu untuk menanggapi pernyataan Kivlan Zein yang menyebut SBY sebenarnya tidak mendukung Prabowo menjadi presiden dalam Pilpres 2019.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Panca mengatakan keseriusan SBY salah satunya terlihat ketika mengoreksi naskah pidato. Namun, Prabowo justru menggunakan naskah lain. Panca menyayangkan kejadian tersebut. Terlebih, Prabowo kerap menyebut SBY sebagai mentor politiknya.
"Padahal naskah yang disepakati 40 menit, kalau itu dibacakan, akan sangat bagus. Tapi ya itu, pak Prabowo punya ide sendiri. Tapi yang sederhana aja enggak diikuti," kata Panca.
Berkaca dari kejadian itu, Panca menegaskan tudingan Kivlan sama sekali tidak benar. SBY, kata Panca, jelas-jelas serius membantu Prabowo dalam kontestasi Pilpres 2019.
"Sebelum ibu (Ani) sakit kami rutin
meeting dengan bagaimana memenangkan Pak Prabowo," kata Panca.
Mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Mayjen Purn Kivlan Zein menuding SBY dan Partai Demokrat tidak ingin Prabowo memenangkan Prabowo sebagai presiden.
Kivlan menduga SBY tidak ingin ada jenderal lain yang menjadi presiden selain dirinya.
"Sampaikan saja bahwa SBY licik. Dia junior saya, saya yang mendidik dia, saya tahu dia orangnya licik, dia mendukung 01 waktu menang 2014," ucap Kivlan.
Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief menanggapi pernyataan Kivlan. Dia mengkategorikan Kivlan sebagai orang yang kalah. Andi mengatakan dulu Kivlan kalah karena gagal mempertahankan Soeharto di kursi presiden.
Kivlan, lanjutnya, juga gagal mempertahankan Baharuddin Jusuf Habibie di posisi presiden.
Andi menganggap orang yang kalah, seperti Kivlan, cenderung menjadi mudah menyalahkan orang lain. Pula, mudah menuding orang lain berlaku licik.
"Bagi orang yang kalah dan tidak mengerti dimana letak kekalahannya maka paling mudah bilang orang licik," ucap Andi.
[Gambas:Video CNN] (bmw/ugo)