Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Pemilihan Umum (
KPU) menyatakan kabar petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (
KPPS) meninggal dunia karena diracuni adalah hoaks. Komisioner KPU Evi Novida Ginting menyampaikan pihaknya hanya menanggapi hoaks tersebut dengan doa.
"Itu kan satu hal yang enggak pantas untuk dibuat, menyebarkan hoaks seperti itu. Makanya saya mau minta ampunan saja kepada Allah supaya mereka diampuni yang menyebarkan berita itu," ucap Evi di Kantor KPU, Jakarta, Jumat (10/5).
Evi meminta masyarakat tidak mudah memercayai dan menyebarkan kabar bohong semacam itu. Sebab hanya akan menambah duka bagi keluarga petugas KPPS yang meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia juga meminta jajaran KPU di daerah untuk mengabaikannya. Evi meminta jajarannya untuk fokus menuntaskan rekapitulasi suara.
"Kita sedang fokus melaksanakan rekapitulasi nasional. Apakah ini nanti kemudian mau diproses atau tidak, nanti kami bahas tentu kami lihat dampaknya dulu secara luas seperti apa," ucap dia.
Sebelumnya, kabar petugas KPPS meninggal dunia karena diracuni menyebar di masyarakat. Salah satu tokoh yang menggaungkannya adalah Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah.
Fahri mengaku mendapat laporan temuan dugaan keracunan yang dialami petugas KPPS di beberapa tempat.
"Tadi beberapa investigasi yang mereka lakukan itu cukup mengagetkan, karena modus dari meninggalnya juga sebagian, ada kemungkinan, adanya racun. Begitulah kira-kira," kata Fahri di Kompleks MPR/DPR, Jakarta, Senin (6/5).
Hingga Selasa (7/5) tercatat total 554 petugas KPPS, panwas, dan polisi meninggal terkait pelaksanaan pemungutan suara hingga penghitungan Pemilu 2019 yang melelahkan.
Rinciannya: Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal sebanyak 440 orang dan ada petugas yang sakit 3.788 orang. Kemudian 92 panwaslu meninggal, 398 rawat inap, 1.592 rawat jalan.
Lalu, dari pihak polisi tercatat ada 22 anggota yang tewas karena dinilai keletihan mengawal proses panjang pemilu.
[Gambas:Video CNN] (dhf/ain)