Jakarta, CNN Indonesia -- Masjid Al-Ittihad di Tebet, Jakarta Selatan, ramai dipadati jemaah salat Id pada Hari Raya
Idul Fitri 1440 Hijriah, Rabu (5/6).
Masjid tersebut sempat diperbincangkan lantaran menjadi tempat menampung massa dari berbagai daerah jelang aksi 21-22 Mei lalu.
Bahkan salah satu takmir atau pengurus Masjid Al-Ittihad, Budiono, ikut dijemput paksa polisi karena diduga berkaitan dengan aksi berujung kerusuhan pada malam itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usai salat, para jemaah tampak khusyuk mendengar ceramah ustaz Abdi Kurnia Johan. Dalam ceramahnya, khatib mengajak seluruh umat Islam membenahi diri pada hari yang fitri.
Budiono berkomentar, isi ceramah yang dibawakan khatib usai salat Idul Fitri tidak sedikit pun menyinggung persoalan politik. Menurutnya, khatib lebih mengimbau masyarakat mempersiapkan diri dalam menyambut tantangan di masa mendatang.
"Ya itu bisa didengar sendiri, harus menanamkan akidah yang kuat, ya tantangan zaman," kata Budiono saat ditemui di Masjid Al-Ittihad
Ia membantah anggapan bahwa masjid tersebut memberi dukungan penuh terhadap massa aksi 22 Mei. Menurutnya, masjid yang mampu menampung jemaah sekitar 2.000 orang itu terbuka bagi siapapun.
"Ini rumah umat, kami tidak bisa melarang siapa saja yang ingin singgah. Semua boleh," kata Budiono.
Menurutnya, masjid tersebut juga menjadi tempat singgah sejumlah orang dari berbagai kota, baik sekadar istirahat maupun beribadah. Mereka yang tidak memiliki penginapan bisa tinggal sementara di masjid itu.
Massa Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat berunjuk rasa di depan Gedung Bawaslu, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (22/5). (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Cerita PenangkapanBudiono bercerita tentang pengalamannya dijemput petugas Polda Metro Jaya pada Senin (20/5) sekitar pukul 23.00 WIB. Dalam penjemputan tersebut Budiono didampingi istrinya, Susi.
Kala itu sesampainya di Polda, ia langsung digiring ke ruang pemeriksaan. Di sana sudah ada dua orang pengurus masjid yang sedang menjalani pemeriksaan.
"Saya di Resmob Polda waktu itu, ada dua orang lagi. Tapi saya tidak tahu masalahnya," kata Budiono.
Di sana ia menjalani pemeriksaan semalam suntuk. Setelah 23 jam berada di Polda Metro ia baru dipulangkan.
Budiono mendapat 12 pertanyaan dari penyidik. Pertanyaan tersebut, menurut Budi menyangkut kehidupan pribadinya dan keluarga, hingga kegiatan rutin yang biasa digelar selama di masjid.
"Ya, saya
jelasin saja, bagaimana di sini. Dari mulai Subuh, sampai Isya. Terus kalau ada hari besar bagaimana," ujarnya.
Ia mengatakan usai dipulangkan, masalah dengan kepolisian pun dinyatakan selesai. Hanya saja, Budiono mengaku ponsel dan nomor telepon pribadinya masih disita petugas.
Dalam keterangan kepolisian Budiono dijemput paksa lantaran sempat mengancam lewat akun media sosialnya.
Aksi 21 Mei di depan Bawaslu berujung ricuh pada malam hari. Kericuhan meluas ke beberapa titik di Jakarta, seperti kawasan Slipi pada 22 Mei.
Usai kerusuhan itu, aparat kepolisian menangkap ratusan orang yang diduga menjadi perusuh. Polisi menyebut kericuhan dilakukan oleh perusuh, bukan peserta aksi damai.
[Gambas:Video CNN] (ryh/pmg)