Momen Lebaran AHY dan Ego Personal SBY-Megawati yang Mencair

CNN Indonesia
Jumat, 07 Jun 2019 07:25 WIB
Pengamat menilai SBY-Mega menyadari bahwa persoalan personal mereka memang tidak boleh menghambat dinamika politik yang lebih besar untuk generasi berikutnya.
AHY bertemu Jokowi di lebaran 2019. (CNN Indonesia/Feri Agus Setyawan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Langkah Ketua Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ke Istana Negara untuk bertemu Joko Widodo saat lebaran Idul Fitri 1440 Hijriah dan kemudian bertandang ke kediaman Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dinilai sebagai perubahan strategi politik yang tak hanya sekedar langkah rekonsiliasi.

Pengamat politik Ray Rangkuti menyebut memang ada komunikasi politik antara Megawati dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang selama ini dikenal mandeg.

Tapi kedua tokoh ini menyadari bahwa persoalan personal mereka memang tidak boleh menghambat dinamika politik yang lebih besar bagi kedua pihak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pelaku utamanya bukanlah mereka berdua tapi masuk ke generasi berikutnya. Dalam rangka inilah, kemampuan keduanya menahan ego personal memungkinkan langkah AHY dan Jokowi tidak mendapat sandungan," kata Ray kepada CNNIndonesia.com, Kamis (6/6).

Untuk itu, Ray membaca khusus untuk AHY, nampaknya ada perubahan strategi politik yang drastis dari menunggu ke mendatangi.


Menurut Ray, perubahan langkah politik dari biasanya pasif ke aktif AHY itu terjadi tidak lepas dari evaluasi internal ayahnya, SBY.

Belajar dari berbagai pengalaman terlambat secara politik dalam beberapa kasus terakhir, mengakibatkan strategi politik Demokrat dirubah demi terciptanya konsolidasi partai dan juga AHY sendiri. Upaya untuk langsung menjemput menurut Ray terlihat jauh lebih ampuh dan sesuai dengan usia AHY.

"Oleh karena itu, AHY, nampaknya, tak lagi bersikap menunggu di ujung, tapi jika perlu menjemput, terlibat dari awal dan bahkan dapat menginisiasi," kata Ray.


Lebih lanjut, Ray menilai posisi partai Demokrat di koalisi bukanlah partai yang menentukan, atau memang seperti ada dan tiada. Oleh karena itu, pertemuan berulang AHY dengan Jokowi tidak mewakili politik rekonsiliatif koalisi Prabowo Subianto sebagai oposisi dengan koalisi Jokowi.

"Faktanya memang, berbagai langkah itu malah dikritik oleh partai koalisi Prabowo," ungkap Ray.

Senada dengan Ray, pengamat politik AS Hikam juga menilai langkah AHY mempererat silaturahmi dengan Megawati dan Jokowi justru akan membangun fondasi yang kuat terhadap wacana politik praktis.

"Kalau mau dilanjutkan wacana politik praktis silahkan. Fondasinya sudah ada lewat silaturahmi itu, value-nya sudah terbangun," kata Hikam saat diwawancara CNNIndonesia TV, Rabu (5/6).


AS Hikam menilai silaturahmi elite sangat membantu membangun rekoniliasi politik yang mencerminkan ekpresi budaya ketimuran. Begitupun ajang takziyah mendiang Ani Yudhoyono yang bisa mempersatukan SBY dan Megawati.

"Ajang silaturahmi ataupun takziyah penting dari segi value untuk memberikan teladan dan fondasi mempersatukan," kata Hikam yang juga mantan Menteri Riset dan Teknologi era Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu.

[Gambas:Video CNN] (dal/dal)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER