Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Pemberantasan Korupsi (
KPK) terus menggali sumber gratifikasi Rp8 miliar yang diterima politikus Partai Golkar
Bowo Sidik Pangarso. Untuk itu komisi antirasuah itu memanggil sejumlah saksi terkait kasus gratifikasi ini.
Adapun saksi yang diagendakan menjalani pemeriksaan adalah dua pejabat Kementerian Keuangan. Keduanya yakni M Nafi selaku Kepala Subdit Dana Alokasi Khusus (DAK) Direktorat Dana Perimbangan Kementerian Keuangan dan Rukijo selaku PNS Kementerian Keuangan.
Keduanya akan diperiksa sebagai saksi terkait gratifikasi Bowo Sidik lewat penyidikan karyawan PT Inersia, Indung yang juga jadi tersangka dugaan suap. Diketahui, Indung adalah orang kepercayaan Bowo Sidik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Juru Bicara KPK Febri Diansyah Diansyah menyatakan lembaga yang dipimpin oleh Agus Rahardjo cs itu mulai mengidentifikasi sumber penerimaan gratifikasi. Salah satunya adalah terkait pengurusan dana perimbangan daerah.
"Kami juga mulai melihat petunjuk-petunjuk pengurusan anggaran ke daerah lain. Jika memang menguat akan didalami," kata Febri saat dihubungi wartawan, Kamis (27/6).
Selain kedua saksi dari Kemenkeu, KPK juga memeriksa mantan Direktur PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Sofyan Basir. Sofyan juga diperiksa sebagai saksi untuk tersangka Indung.
Sebelumnya, KPK telah menetapkan Bowo Sidik dan anak buahnya di PT Inersia bernama Indung serta Marketing Manager PT Humpuss Transportasi Kimia, Asty Winasti sebagai tersangka.
Bowo diduga menerima suap dari Asty dan petinggi PT Humpuss Transportasi Kimia lainnya terkait kerja sama bidang pelayaran menggunakan kapal PT Humpuss Transportasi Kimia melalui Indung.
KPK mengendus Bowo juga menerima gratifikasi di luar kasus suap tersebut. Tim KPK kemudian menemukan uang Rp8 miliar di Kantor PT Inersia, perusahaan milik Bowo.
Uang sekitar Rp8 miliar dalam pecahan Rp20 ribu dan Rp50 ribu itu telah dimasukkan dalam amplop-amplop. Uang yang berada dalam 400 ribu amplop itu tersebut diduga bakal digunakan Bowo untuk 'serangan fajar' Pemilu 2019.
[Gambas:Video CNN] (sah/osc)