Jakarta, CNN Indonesia -- Warga mengeluhkan kehadiran para
pencari suaka di sekitar Gedung Menara Ravindo, Kebon Sirih,
Jakarta Pusat. Mereka dianggap membuat lingkungan di kawasan 'ring 1' ibu kota itu menjadi kumuh.
"Mereka semau-maunya saja duduk-duduk dan tidur di trotoar," kata warga Kebon Sirih, Apta, seperti mengutip
Antara, Rabu (3/7).
Pencari suaka atau pengungsi yang berasal dari Somalia, Sudan, Yaman, dan Afganistan itu membangun tenda-tenda dan meminta tempat tinggal serta suplai makanan di Kantor Badan PBB Untuk Pengungsi (UNHCR).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak keberadaan mereka, terlihat adanya tumpukan sampah liar, tidur di sembarang tempat, hingga mendirikan tenda.
"Persis seperti di perkemahan saja kalau malam," ujar dia.
Tenda-tenda itu dibangun di trotoar jalan yang dikenal padat arus lalu-lintas. Ia menjelaskan, para pencari suaka itu mulai mendirikan tenda sekitar pukul 21.00 WIB.
Tak hanya Apti, Edo, warga Kebon Sirih, juga mengeluhkan hal serupa. Keberadaan pencari suaka membuat pejalan kaki yang melintas di trotoar seberang gedung Menara Ravindo atau di depan masjid Kementerian BUMN enggan untuk melintas di kerumunan yang jumlahnya sekitar 200 lebih.
"Beberapa pejalan kaki memilih untuk turun dari trotoar, takut mungkin ya, karena tampang mereka ada yang seram," kata Edo.
Sebelumnya ada sekitar empat orang anggota Satpol PP tampak berjaga di sekitar gedung tersebut, namun tak ada langkah pengamanan khusus tertentu. Satu unit mobil satuan tersebut juga tampak terparkir di sana.
Pihak Satpol PP menegaskan akan mengembalikan para pencari suaka ke Kalideres, Jakarta Barat, yakni tempat mereka sebelum berpindah ke trotoar di Jalan Kebon Sirih.
Salah satu pencari suaka, Abdulkadir Boor, mengaku sudah mengungsi selama satu setengah tahun.
"Saya ingin UNHCR membantu kami dan anak-anak kami untuk mendapatkan rumah, makanan, dan layanan kesehatan. Kami sudah menjadi tunawisma selama satu setengah tahun, maka itu kami berdiri di sini," katanya.
[Gambas:Video CNN] (antara/dal)