Jakarta, CNN Indonesia -- Politikus Senior Partai
Golkar,
Yorrys Raweyai, menyatakan
Airlangga Hartanto tidak layak untuk memimpin partai itu di masa mendatang. Menurut dia Airlangga punya sejumlah catatan selama memimpin partai berlambang pohon beringin itu.
Menurut Yorrys kegagalan Airlangga patut untuk dievaluasi dalam gelaran Munas yang akan digelar pada Desember 2019 mendatang.
Yorrys menilai Partai Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga menjadi satu-satunya parpol yang tak mendapatkan efek ekor jas (
Coattail Effect) dalam Pemilu 2019. Padahal, lanjut dia, Airlangga memutuskan mendukung Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari hasil inilah yang kita sendiri pahami bahwa satu-satunya partai, pendukung 01 yang mengalami penurunan kursi atau perolehaan. Tak mendapatkan
coattail effect atau efek ekor jas," kata Yorrys saat ditemui di Resto Batik Kuring, Jakarta, Minggu (7/7).
Yorrys juga mengatakan Airlangga juga dinilai gagal memenangkan Jokowi-Ma'ruf di wilayah yang menjadi basis Golkar saat Pilpres 2019, antara lain DKI Jakarta dan Jawa Barat.
"Airlangga juga gagal dalam rangka memenangkan Pak Jokowi melalui Partai Golkar. Kenapa? Coba kita liat beberapa lumbung Partai Golkar, DKI dan Jabar kalah, dan pak Jokowi kalah juga di situ," tambahnya
Yorrys juga menilai Airlangga gagal mencapai target suara dan kursi Golkar di Pemilu 2019 yakni sebanyak 110 kursi DPR. Ia juga mengatakan raihan kursi Golkar pada Pemilu 2019 menurun dibandingkan capaian di 2014 yakni 91 kursi.
Meski dalam hal perolehan suara ada di peringkat ketiga, Partai Golkar diprediksi hanya mendapat kursi kedua terbanyak di DPR di bawah PDI Perjuangan. Yakni, 85 kursi.
"Itu tak menjadi kebanggaan dan itu bukan menjadi pembenaran tentang ada proses-proses karena terjadi turbulensi dan sebagainya. Itu alasan yang tidak bisa diterima secara akal sehat dalam organisasi manapun apalagi Golkar," kata dia
 Airlangga Hartarto. (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Yorrys juga mempersoalkan sikap kepemimpinan Airlangga yang dinilai menyimpang dari ketentuan peraturan organisasi. Yorrys menyatakan Airlangga membiarkan sebanyak 9 Ketua Pelaksana tugas (Plt) Ketua DPD di beberapa wilayah belum ditetapkan posisinya secara definitif dalam musyawarah daerah (Musda).
Tak hanya itu, Yorrys menilai Airlangga kerap bertindak sewenang-wenang karena menentukan sendiri proses pencalegan di Pileg 2019. Airlangga juga, kata dia, sewenang-wenang dalam memberikan dukungannya bagi Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019.
"Dalam proses hampir 2 tahun ini, yang sebenarnya bertentangan dengan roh semangat nafas perjuangan Golkar, yang akhirnya kita lihat hasil akhir yang sangat mengecewakan," kata dia.
Yorrys mengatakan Airlangga juga kerap memecat para kader yang tak sejalan dengan arah politiknya. Tak hanya itu, Airlangga juga dinilai kerap sewenang-wenang mengganti pengurus DPD dan pimpinan Alat Kelengkapan Dewan di DPR.
"Dan itu akan menjadi akumulasi yang pada akhirnya semua menuntut untuk segera dilakukan Munas untuk memilih pemimpin yang baru. Dan itulah muncul nama Bambang Soesatyo," kata Yorrys.
[Gambas:Video CNN]Yorrys menilai sosok Bambang Soesatyo atau kerap disapa Bamsoet, dapat menjadi harapan baru bagi Golkar kedepannya. Ia mengatakan Bamsoet sebagai Ketua DPR memiliki prestasi untuk mengawal kebijakan eksekutif di parlemen.
Yorrys diketahui memang dekat dengan Bamsoet. Dia juga menjadi tim sukses Bamsoet menjelang munas tahun ini.
(rzr/ayp)