Jakarta, CNN Indonesia -- Pedagang musiman di sekitar
asrama haji, Pondok Gede, Jakarta Timur sudah nampak cekatan memetakan lapak-lapak dagang. Musim
haji 2019 telah memasuki masanya sejak awal pekan ini.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, para pedagang musiman mengalap untung dari barang dagangannya yang digelar di halaman parkir asrama haji. Para pedagang ini menjual perlengkapan haji dan berbagai suvenir.
Salah satunya Edi Subakti, pedagang asal Medan yang sudah mulai berdagang sejak 1997. Ia mengaku tiap musim haji selalu mendapatkan untung yang banyak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untungnya ya banyak apalagi pas musim haji," kata Edi kepada
CNNIndonesia.com, Senin (8/7).
Edi sudah menggelar lapaknya dari Kamis (6/7). Setiap harinya ia memulai dagangnya dari pukul 07.00 sampai 21.00 WIB. Edi menyiapkan perlengkapan untuk calon jamaah haji yang mungkin perlengkapannya masih ada yang kurang. Ada baju koko, kaos dalam, sajadah, tasbih, peci, kaos kaki dan perlengkapan lainnya.
 Suvenir haji. (CNN Indonesia/Shaskya Thalia) |
"Perlengkapan yang paling banyak dicari sebelum berangkat haji berupa kaos dalam, baju koko, baju ihram," ujar laki-laki berusia 50 tahun itu.
Tak hanya perlengkapan berangkat, oleh-oleh tanah suci pun sudah ia siap jual. Di antaranya kacang arab, aneka kurma serta air zam-zam. Calon haji yang telah kembali tak perlu repot membeli oleh-oleh di tanah haram.
"Makanan seperti korma mulai dari harga Rp 50.000 sampai Rp 100 ribu per kg juga ada," ujar Edi sembari menyebut barang itu ia dapat dari rekanan pramugari di salah satu maskapai.
Sama dengan Edi, Endang Suyanti, pedagang yang sudah memulai bisnisnya sejak 1997 ini mengaku selalu memanfaatkan musim haji untuk mendapatkan untung lebih. Endang hanya menjual makanan yang akan dijadikan oleh-oleh para jemaah haji ketika pulang.
"Kacang Arab dari 60 ribu , kurma madinah 60 ribu, kurma Mesir 50 ribu terus kurma tunis madu 90 ribu macem-macem namanya kurma. Namanya 1 jenisnya banyak," tuturnya.
Ia menambahkan, kurma yang paling banyak diminati oleh para jamaah haji yaitu jenis kurma Madinah. Selain itu juga, Endang mengatakan selama berdagang saat musim haji, keuntungannya bisa melonjak hingga Rp 15-16 juta.
"Kita gak bisa mastiin, kalau udah bubaran ya paling Rp 15-16 juta masuk. Itung-itungannya itu bersih," jelas Endang.
Biaya sewa lapak
Endang juga sempat mengeluh karena biaya yang dikeluarkan untuk berjualan di asrama haji naik dibanding tahun sebelumnya. Masing-masing pedagang musiman di sini mendapatkan lapak masing-masing seluas 4 meter.
"(harganya) naik, dari Rp 4 juta sekarang jadi Rp 5 juta, enggak tahu kenapa jadi naik," ujarnya.
Berbeda dengan Edi dan Endang yang mengaku selalu mendapatkan keuntungan pada saat musim haji, Suhenar pedagang musiman di asrama haji mengatakan selama empat tahun terakhir daya tarik pembeli berkurang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Hal ini menurutnya karena sudah ada jual beli online serta yayasan yang mengurus para jamaah haji baik dari keberangkatan, perlengkapan haji sampai oleh-oleh.
"Sekarang daya beli agak kurang, peminatnya kurang," kata laki-laki berusia 48 tahun itu.
Semenjak adanya jual beli online dan yayasan, ia mengaku hanya mendapat keuntungan kurang dari Rp 1,8 juta per hari. Sebelumnya, ia bisa mendapatkan maksimal Rp 3 juta dalam satu hari buka lapak.
Suhenar mengatakan ia berdagang di asrama haji mengikuti jam kloter pemberangkatan jaamah haji. lapaknya tergelar sehari 24 jam.
(sas/ain)