Jakarta, CNN Indonesia -- Gadis 13 tahun berinisial IP bekerja di sebuah warung kopi tak jauh dari rumahnya di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, kala itu. Bosnya duduk di sudut warung bersama seorang rekan. IP diajak berkenalan.
Perkenalan itu membuka jalan IP bertemu mak comblang yang sedang mencari perempuan untuk dinikahkan dengan pria asal Beijing, China. Namun, hingga kini IP tak mengetahui identitas muncikari tersebut.
Tanpa basa-basi, mak comblang langsung menanyakan kesediaan IP dipersunting oleh pria asal Beijing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
IP bertanya-tanya. Mengapa pria asal Negeri Tirai Bambu mencari pasangan hidup hingga ke Kabupaten Sanggau.
"Ditanya mau nikah sama orang Beijing, enggak? Saya kaget, kok jauh-jauh cari di sini, memang di sana enggak ada?" kata IP saat ditemui di Kantor Sekretariat Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI), Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (16/7).
IP tak bisa menjawab pertanyaan itu. Ia langsung diiming-imingi janji surga apabila menikah dengan pria asal Beijing. Mulai dari membangun rumah untuk kedua orang tua sekaligus mengirimkan uang setiap bulan, serta bisa pulang kapan pun.
"Mak comblang bilang kalau nikah sama orang Beijing hidup akan terjamin," ucap IP.
Ia termakan janji surga itu. IP menyerahkan kartu keluarganya kepada mak comblang. Data usianya dimanipulasi menjadi 20 tahun sehingga IP bisa memiliki kartu tanda penduduk (KTP) serta paspor.
Setelah semua proses pembuatan identitas selesai, IP berangkat ke Jakarta kemudian bertolak ke Beijing pada Januari 2018.
Keraguan IP pada mak comblang mulai terjawab di awal keberangkatan. Janji pemberian uang Rp20 juta atas kesediaannya menikahi pria asal Beijing tidak terbukti.
 Aksi solidaritas menolak kasus perdagangan manusia di luar negeri. (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Keluarga IP hanya menerima uang sebesar Rp10 juta dari mak comblang. Alasannya, ada potongan untuk membayar biaya pembuatan KTP dan paspor, serta alasan lain.
"Bersih keluarga dapat Rp10 juta. Padahal janjinya Rp20 juta," kata dia.
Janji surga mak comblang kembali tidak terbukti setelah IP tiba di Beijing dan tinggal bersama pria yang hendak meminangnya. Tak ada pernikahan yang sah secara agama ataupun hukum setempat. IP justru disuruh bekerja di kebun untuk menanam jagung.
Selama enam bulan pekerjaan itu ia jalani, namun tak sepeser pun uang diberikan kepadanya. Harapan membangun rumah dan mengirimkan uang setiap bulan ke orang tua pun musnah. IP justru mendapat siksaan.
Disiram Air PanasKisah serupa dialami YM. Perempuan 28 tahun asal Sanggau itu juga termakan janji surga mak comblang yang mencarikan istri untuk pria asal Beijing.
Ia tergiur memiliki kehidupan yang lebih baik di Beijing, mengirimi uang bulanan Rp5 juta untuk keluarga, hingga tinggal di apartemen di tengah kota. Kala itu 2017.
Setelah mengurus seluruh dokumen, YM dibawa mak comblang ke Jakarta untuk dipertemukan dengan pria asal Beijing.
Ia bersama dua perempuan lainnya dipertemukan dengan tiga pria asal Beijing yang tengah mencari istri. Salah satu pria itu memilih YM dan langsung membawanya ke Beijing untuk tinggal bersama.
Sama seperti yang dialami IP, mak comblang juga tidak memenuhi janji pemberian uang sebesar Rp20 juta. Keluarga hanya menerima uang Rp12 juta saat YM bertolak ke Beijing.
Setibanya di Beijing, YM mulai mengetahui tipu muslihat mak comblang.
Ia tinggal di sebuah rumah di perkampungan dan bekerja membuat hiasan dengan durasi kerja mencapai 12 jam setiap hari.
 Paspor milik tenaga kerja Indonesia. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A.) |
Surat nikah dengan pria asal Beijing pun tak ada. Meski begitu, YM dipaksa melayani hasrat birahi pria tersebut. Pukulan atau air panas siap menyambar YM bila menolak.
"Saya dipaksa berhubungan badan, kalau enggak mau melayani mereka lakukan kekerasan. Mereka main tangan, mau menyiram air panas, atau kalau ada barang di depannya dibanting," kata YM.
Sejak tinggal di Beijing pada Agustus 2017, hidupnya penuh air mata yang membuatnya putus asa. YM merasa diperbudak dan diperlakukan bak robot oleh orang yang berjanji meminangnya.
Kekerasan kerap dialami YM setiap kali dinilai berbuat salah. Kesedihannya bertambah lantaran ponselnya disita. Ia tak bisa menghubungi keluarga di Indonesia.
Bahkan, YM yang memeluk agama Kristen, tidak boleh berdoa dan dipaksa mengikuti budaya di sana.
"Saya Kristen tapi saya enggak boleh berdoa secara Kristen di sana, harus mengikuti budaya mereka. Apalagi yang Islam, itu enggak boleh. Kami enggak boleh bawa agama di sana, mau berdoa enggak diizinkan," ungkapnya.
Titik terang untuk kembali ke Indonesia muncul setelah ponselnya dikembalikan. Ia menghubungi keluarga dan menceritakan kesedihannya selama tinggal di Beijing.
Keluarga yang mendengar cerita itu langsung mendatangi kantor cabang SBMI yang berada di Kabupaten Mempawah, Kalbar.
"Keluarga lapor supaya kami dipulangkan dengan minta bantu ke SBMI Mempawah. Kemudian mereka merespons laporan keluarga saya dengan urus kepulangan kami," ucapnya.
Bersambung ke halaman berikutnya: "Bisnis Gelap Menggiurkan"...[Gambas:Video CNN]
Ketua Umum SBMI Hariyanto menilai praktik ini termasuk kategori tindak pidana perdagangan orang (
TPPO). Hasil identifikasi SBMI menyebutkan bisnis ini dimainkan secara turun temurun oleh sebuah keluarga karena mendatangakan keuntungan besar dan menggiurkan.
Menurutnya, seorang mak comblang bisa meraup uang hingga ratusan juta rupiah dari satu transaksi perdagangan perempuan ke Beijing.
Dia mengatakan dalam transaksi itu, seorang pria wajib mengeluarkan uang sekitar Rp400 juta. Sementara mak comblang hanya memberikan Rp20 juta kepada perempuan yang bersedia dipersunting pria asal Beijing.
"Itu sisa masih banyak untuk kemudian dibagi-bagi sama agen dan lain sebagainya. Ini bisnis menggiurkan, maka mereka masif cari korban lain," katanya.
Dia menerangkan, aktivitas ini semakin merajalela dalam beberapa waktu terakhir lantaran kebijakan China mengizinkan setiap keluarga hanya memiliki satu orang anak.
Menurutnya, hal tersebut membuat jumlah pria dan perempuan di China mengalami ketimpangan dan mendorong kaum adam di Negeri Tirai Bambu mencari pasangan ke negara lain seperti Ukraina, Vietnam, Kamboja, hingga Indonesia.
Selain itu, tingginya biaya yang harus dikeluarkan seorang pria di China untuk menikah juga menjadi faktor pendorong.
"Ketika mau nikah, orang China tidak mampu karena harus keluarkan uang sekitar Rp2 miliar, makanya mencari pasangan keluar dan itu sudah sejak dulu," kata Hariyanto.
Ia meragukan keseriusan pria-pria asal Beijing yang menjelajah ke Indonesia untuk mencari istri. Ia mengatakan seharusnya ada dokumen pernikahan yang sah jika mereka berniat menikahi perempuan asal Indonesia.
Menurutnya, perekrutan perempuan asal Indonesia dilakukan sejumlah pria asal Beijing hanya untuk mengelabui pemerintah.
"Pemerintah China dikelabui dengan ada pesta penyerahan mas kawin atau pesta kecil-kecilan terus dianggap sah menikah, padahal enggak ada dokumen pernikahan," katanya.
Dia menambahkan, setidaknya ada dua faktor yang membuat perempuan asal Kalbar menjadi target pria-pria asal Beijing untuk dinikahi. Salah satunya, bentuk wajah perempuan asal Kalbar mirip dengan perempuan di Beijing.
"Secara
face [wajah] banyak keturunan China, kemudian faktor kedekatan dekat dengan China daratan," tuturnya.
[Gambas:Video CNN]