Jakarta, CNN Indonesia -- Polda Sumatera Selatan mengimbau masyarakat melapor jika ada tindakan penganiayaan di
SMA Semi Militer Taruna Indonesia, Palembang, selain dua kasus yang menyebabkan siswa meninggal.
Kabid Humas Polda Sumatera Selatan Komisaris Besar Supriadi mengatakan bahwa tindak penganiayaan di lingkungan sekolah itu terkuak karena ada dua korban meninggal setelah mengikuti masa orientasi siswa, yaitu DBJ dan WJ.
Ia pun tak menutup kemungkinan ada korban penganiayaan lain, meski tak sampai harus kehilangan nyawa.
"Yang satu orang DBJ itu kan langsung ketahuan karena langsung meninggal. Ketahuan karena dibawa ke rumah sakit. Setelah ada siswa kedua yang meninggal setelah sempat koma, bisa jadi ada korban-korban lainnya namun tidak separah yang dua ini dan tidak melaporkan kejadian tersebut," ujar Supriadi, Selasa (23/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Supriadi menjelaskan bahwa laporan ini sangat berguna untuk penyidik yang memiliki kewenangan untuk mengembangkan kasus jika ada laporan baru.
"Penyelidikan harus dimulai dengan adanya laporan terlebih dahulu dari masyarakat, kemudian nanti ditindaklanjuti oleh penyidik. Oleh karena itu, apabila masih ada korban penganiayaan lain, kami imbau untuk segera melapor supaya saat divisum masih ada bekas penganiayaannya," ucap Supriadi.
Ia kemudian berkata, "Kalau terlalu lama, visum nanti tidak akan bisa membuktikan ada penganiayaan."
Sejauh ini, pihak Supriadi sudah menetapkan satu tersangka dalam kasus DBJ. Namun, penyidik belum menemukan titik terang dalam kasus WJ.
Keluarga melaporkan kematian WJ ke Polresta Palembang. WJ meninggal dunia pada Jumat pekan lalu, setelah koma selama 6 hari usai mengikuti kegiatan MOS dengan tubuh penuh luka lebam.
Sebelum WJ tewas, siswa baru lainnya, DBJ, juga dilaporkan meninggal dunia dengan luka benturan akibat benda tumpul di bagian kepala, Sabtu (13/7).
(idz/has)