Andi Arief: Ibu Kota Perlu Pindah untuk Hindari Megathrust

CNN Indonesia
Selasa, 27 Agu 2019 14:13 WIB
Menurut Mantan Staf Khusus Presiden Bidang Penanggulangan Bencana era SBY itu, pemindahan ibu kota ke Kaltim sama dengan evakuasi dini.
Mantan Staf Khusus Presiden Bidang Penanggulangan Bencana Andi Arief mendukung pemindahan ibu kota dalam rangka mengevakuasi pusat pemerintahan dari ancaman gempa megathrust Selat Sunda (CNN Indonesia/Fajrian)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Staf Khusus Presiden Bidang Penanggulangan Bencana era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Andi Arief mendukung rencana pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur dengan asumi untuk mengevakuasi pusat pemerintahan dari ancaman gempa megathrust Selat Sunda. Menurutnya, potensi bencana itu masih mungkin terjadi kapan pun.

Presiden Jokowi menyatakan ibu kota negara baru bakal berada di wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Kaltim.

"Ini semacam komite evakuasi ibukota dengan asumsi megathrust selat Sunda 9,2 sr," tutur Andi melalui pesan singkat, Selasa (27/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Andi mengamini bahwa pemindahan ibu kota menuai banyak pro dan kontra di khalayak publik. Baik ditilik dari segi pembiayaan atau aspek lainnya.
Namun, menurutnya, rencana itu tetap harus didukung. Pusat pemerintahan lebih baik dijauhkan dari wilayah-wilayah yang berpotensi bencana berskala besar. Salah satunya mengathrust Selat Sunda.

"Instalasi, aset strategis, dan back up data dipindah prioritas," ucapnya.

Sebelumnya, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono menyatakan bahwa gempa megathrust Selat Sunda dapat terjadi. Dia mengingatkan itu termasuk potensi bencana dalam skala besar.

"Sunda Megathrust nyata adanya. Ancaman nyata yang bisa terjadi," ujar Rahmat di kantor BMKG, Jakarta, Sabtu (3/8).

Wakil Sekjen Partai Demokrat itu menyebut megathrust Selat Sunda berjarak 200-250 km di laut sekitar pantai barat Sumatera hingga Banten. Jika terjadi gempa, dampaknya bisa sampai terasa di Laut Jawa, perairan Pulau Bali, hingga sisi utara Papua.
Kalimantan, wilayah yang dipilih Presiden Jokowi sebagai ibu kota negara baru, memang tidak akan terlalu dampak jika terjadi gempa megathrust Selat Sunda. Namun, bukan berarti Kalimantan Timur tak memiliki potensi bencana.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menyatakan bahwa Kalimantan tak sepenuhnya bebas dari gempa. Bahkan, lanjutnya, Kalimantan Timur justru memiliki 3 sesar.

Sesar sendiri bisa menimbulkan gempa bumi. Tiga sesar di Kaltim yang dimaksud Daryono antara lain Sesar Maratua, Sesar Mangkalihat dan Sesar Paternostes.

Gempa yang disebabkan sesar-sesar tersebut pernah terjadi pada 14 Mei 1921, 16 November 1964, 4 Juni 1982 dan 31 Juli 1983. Semuanya terjadi di wilayah Kalimantan Timur.
[Gambas:Video CNN] (bmw/sur)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER