Palembang, CNN Indonesia -- Penyidik Subdit Tipidter Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda
Sumatera Selatan belum menahan AK, Direktur Operasional PT Buana Hutan Lestari yang ditetapkan sebagai tersangka kebakaran hutan dan lahan (
karhutla).
Wakapolda Sumsel Brigjen Pol Rudi Setiawan menerangkan penyidik belum melakukan pemeriksaan terhadap ahli atas kasus tersebut. Walhasil, sambungnya, polisi pun belum bisa melakukan penahanan terhadap AK.
Sebelumnya, AK ditetapkan tersangka atas dugaan kelalaian yang menyebabkan lahan seluas 2.500 hektare terbakar di area hak guna usaha (HGU) PT BHL dan lahan lain di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keterangan dari saksi ahli akan menjadi alat bukti tambahan untuk tersangka AK. Kita harus punya alat bukti yang cukup. Saksi ahli diharapkan bisa menambah alat bukti," ujar Rudi, Palembang, Kamis (19/9).
Usai memeriksa saksi ahli dan barang bukti dirasa sudah cukup, Rudi mengatakan penyidik bisa segera melakukan penahanan terhadap AK.
"Sekarang kita masih mengumpulkan informasi. Nanti segera dirilis," kata Rudi.
Sejauh ini, Polda Sumsel telah menerima 17 laporan dari masyarakat mengenai kejadian karhutla. Dari jumlah laporan tersebut, 25 tersangka telah ditetapkan sebagai tersangka. Selain AK, tersangka lain yang ditangkap merupakan masyarakat perorangan. Belum ada pihak korporasi lain yang ditangkap.
Sebelumnya Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Pol Supriadi mengatakan, karhutla yang menghanguskan ribuan hektar di Dusun IV Desa Muara Medak Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin berasal dari lahan PT BHL.
Pemadaman saat awal kebakaran dilakukan hanya oleh enam petugas pemadam dari perusahaan sehingga tidak optimal dan api dengan cepat merambat ke lahan lain.
"Penyidik menyimpulkan ada unsur pembiaran. Lalu alat yang mereka gunakan untuk pemadaman tidak memadai dengan areal kebakaran. Kita tetapkan AK sebagai tersangka karena sebagai petinggi di perusahaan lalai menyebabkan kebakaran," ujar Supriadi.
Di Jakarta, Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan polisi telah menetapkan 230 individu dan lima korporasi sebagai tersangka karhutla. Seluruh tersangka itu ditetapkan oleh kepolisian daerah di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
BNPB menyatakan 328.724 hektare lahan 328.724 hektare dengan 2.719 titik panas sepanjang periode Januari-Agustus 2019. Lahan itu tersebar di enam provinsi, yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
Untuk mendukung penanggulangan karhutla, pemerintah melakukan teknologi modifikasi cuaca membuat hujan buatan. Plt Kepala Pusdatin dan Humas BNPB Agus Wibowo mengatakan hujan buatan berhasil turun di Riau. Namun, hujan itu turun selama sekitar 30 menit dengan intensitas sedang.
"Pesawat Hercules C-130 melakukan penyemaian garam NaCl sebanyak 3,4 ton di daerah Kota Dumai, Kabupaten Rokan Hilir, dan Kota Padang Sidempuan pada Rabu (18/9)," kata Agus melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (19/9).
Agus mengatakan operasi tersebut dilakukan dengan menyemai garam NaCl sesuai potensi pertumbuhan awan yang berpeluang menghasilkan hujan.
Teknologi modifikasi cuaca tersebut berhasil menurunkan hujan buatan di Kota Dumai, tepatnya di Kelurahan Batu Teritip yang berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir.
Selain di Riau, operasi teknologi modifikasi cuaca juga masih dilakukan untuk menghasilkan hujan buatan di wilayah Kalimantan Tengah.
Pesawat CN295 menyemai garam NaCl sebanyak 1.500 kilogram pada Rabu (18/9) pukul 13.30 WIB hingga 15.45 WIB di wilayah Kabupaten Katingan, Utara Kota Palangka Raya, dan Kabupaten Kapuas pada ketinggian 8.000 kaki.
Agus mengatakan operasi teknologi modifikasi cuaca menurunkan hujan buatan akan terus dilakukan di Sumatra dan Kalimatan guna menanggulangi karhutla. Terdapat tiga pesawat bantuan dari TNI, yaitu dua di Pekanbaru, Riau; dan satu di Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
[Gambas:Video CNN] (idz/kid)