Jakarta, CNN Indonesia -- Petuah bijak Presiden ke-3 RI almarhum BJ Habibie dalam bidang teknologi tanah air selalu dikenang hingga lintas generasi. Seperti ungkapannya dalam memotivasi seseorang untuk mencapai suatu hal yakni kunci keberhasilan yang sebenarnya adalah konsistensi, itu selalu menjadi dorongan semangat dalam mengejar mimpi. Maka dari itu, negeri ini harus selalu siap mengalami perubahan dan selalu memberikan inovasi dalam perkembangan zaman.
Pada bidang transportasi, konsistensi ini diterapkan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai BUMN operator yang bertanggungjawab atas pelayanan kereta api secara perlahan terus membuahkan hasil. Perkeretaapian dalam satu dekade terakhir ini telah mengalami transformasi dan kemajuan. Tentunya konsistensi berinovasi ini menjadi kuncinya.
Service oriented dan
customer focused menjadi paham wajib diimplementasikan pada setiap pekerjanya di seluruh wilayah, baik di Jawa maupun Sumatera.
Paham itu pun menempatkan inovasi sebagai salah satu nilai utama dan kewajiban dalam pelayanannya. Sejak pelayananmenjadi fokusnya, maka inovasi KAI terus berjalan seiring dinamika kebutuhan pengguna jasa. Hasilnya, moda transportasi kereta api semakin mendapat tempat di hati masyarakat.
Hal ini terbukti dengan meningkatnya volume penumpang kereta api dari tahun ke tahun. Pada 2016, KAI mengangkut 352,3 juta penumpang. Di tahun 2017, jumlahnya naik 12% menjadi 394,1 juta penumpang. Lonjakan penumpang berlanjut di tahun 2018 dengan jumlah total 425 juta penumpang atau naik 8%.
Sampai dengan Semester I 2019, terjadi peningkatan sebesar 2% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Pada Semester I 2019 PT Kereta Api Indonesia (Persero) melayani 210,7 juta penumpang. Sedangkan di Semester I 2018, KAI melayani 207 juta penumpang.
Menurut Direktur Utama KAI Edi Sukmoro Angka-angka tersebut muncul dari proses yang tidak mudah, namun KAI konsisten untuk terus berinovasi. Misalnya, KAI memanfaatkan kelebihan teknologi informasi yang memampukan setiap hal dikerjakan dengan cepat dan praktis sekaligus transparan.
"KAI telah mengembangkan aplikasi resminya, yakni KAI Access yang memungkinkan penggunanya dapat mengakses berbagai layanan dengan mudah tanpa harus bersusah payah ke stasiun ataupun mengantri di loket.
Online reservation,
Online Cancelation,
Online Reschedule, e-boarding pass, reservasi KA bandara, dan reservasi tiket KA Lokal adalah sedikit dari sekian banyak fitur dalam KAI Access," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (25/9/2019).
Performa KAI
Access pun semakin mumpuni Sejak Juli 2017 hingga 31 Agustus 2019, sebanyak 3.085.436 user telah terregistered di KAI Access. Per Juli tahun 2019, market share transaksi KAI Access dibandingkan dengan channel penjualan lainnya yaitu sebesar 17,59%, menempati urutan ketiga setelah stasiun. Untuk urutan pertama masih dipegang oleh B2B atau channel eksternal resmi penjualan tiket KAI yang memang dihadirkan untuk memperbanyak alternatif dan kemudahan bagi masyarakat.
Performa ini secara intens ditingkatkan dengan menjaring saran dan komentar baik melalui
customer service on station, media sosial, dan melalui
Contact Center KAI 121. Dari saran dan komentar yang dirangkum tersebut, tim
e-commerce KAI akan melakukan evaluasi. Evaluasi digunakan untuk mengetahui fitur apa yang perlu ditambahkan dan benar-benar dibutuhkan oleh pengguna. Serta untuk mengetahui kendala yang sering dihadapi pengguna KAI Access agar segera bisa diperbaiki.
Berbagai peningkatan layanan dengan sentuhan teknologi informasi lainnya yang terus dilakukan KAI antara lain penyediaan wifi gratis di stasiun-stasiun Jabodetabek, mengadakan online travel fair, kemudahan check-in di seluruh stasiun online, dan lain-lain.
Dalam bidang sarana, kereta-kereta secara bertahap terus diremajakan dan ditingkatkan fasilitasnya. Sejak 2018, KAI sudah mendatangkan 438 kereta baru dari INKA. Untuk memberikan alternatif bagi penumpang yang menginginkan kenyamanan lebih, KAI bahkan menghadirkan seri Luxury Train yang pada tahun 2019 ini telah hadir generasi keduanya.
"Minat masyarakat untuk menggunakan kereta Luxury generasi pertama sangat positif. Rata-rata okupansi kereta Argo Bromo Anggrek Luxury (Gambir-Surabaya Pasar Turi pp) mencapai 108%. Melihat okupansinya yang tinggi, KAI kembali mengadakan Kereta Luxury untuk melayani lebih banyak penumpang," jelasnya.
Direktur Utama KAI Edi Sukmoro (kedua kiri) Berdiskusi Bersama Pegawai-pegawai di Lintas. Foto: Dok. PT KAI |
Sementara pada bidang prasarana, berbagai fasilitas di stasiun terus ditingkatkan. Misalnya saja di Stasiun Pasar Senen yang menjadi salah satu stasiun tersibuk KAI. Salah satunya, kapasitas tempat duduk di ruang tunggu diperbanyak yang semula hanya berkapasitas 80 TD, kini menjadi 700 TD.
Untuk naik turun penumpang pada KA yang memiliki rangkaian panjang, perpanjangan peron-peron pun telah dilakukan. Faslitas ruang ibu menyusui dan area bermain anak pun terus ditingkatkan. Fasilitas serupa di berbagai stasiun lainnya pun dihadirkan secara bertahap.
Yang terbaru, untuk menjawab kebutuhan masyarakat khususnya generasi milenial yang dinamis, KAI telah menyediakan fasilitas
coworking space di berbagai stasiun. Fasilitas ini memudahkan penumpang yang ingin bekerja dengan ruang yang nyaman dengan koneksi internet mumpuni saat berada di stasiun sebelum atau sesudah naik KA.
Saat ini, fasilitas coworking space telah hadir di sembilan stasiun yakni Gambir, Jakarta, Juanda, Jakarta, BNI City, Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang Tawang; Yogyakarta, Surabaya Gubeng, dan Jember. Kedepannya akan dihadirkan di berbagai stasiun lainnya.
Masih dalam bidang prasarana, KAI pun tengah gencar mengerjakan reaktivasi jalur kereta api di Jawa Barat, salah satunya yang sedang dalam progres pengerjaan adalah rute Cibatu-Garut-Cikajang (47,5 km). Reaktivasi jalur ini sangat potensial bagi pengembangan wilayah Priangan timur dan tenggara.
"Untuk tahap pertama, jalur Cibatu-Garut ditargetkan akan selesai di tahun 2019. KAI berharap dukungan dari berbagai pihak agar program reaktivasi di Jawa Barat ini dapat berjalan dengan lancar," terang Edi.
Konsistensi untuk selalu menghadirkan kemudahan bagi masyarakat pun diwujudkan melalui integrasi antarmoda. Bersinergi dengan berbagai pihak, KAI berkomitmen untuk mewujudkan kenyamanan bertransportasi publik agar masyarakat mulai beralih meninggalkan kendaraan pribadi. Misalnya, LRT Sumatera Selatan terintegrasi dengan Trans Musi dan Damri, Stasiun Batu Ceper kini dilengkapi skybridge untuk mengkoneksikan KRL dan KA Bandara Soetta, dan yang terbaru KAI telah mengoperasikan KA Bandara Internasional Yogyakarta YIA.
"Moda transportasi terintegrasi ini memudahkan masyarakat sehingga perjalanan lebih nyaman dan tepat waktu," sebutnya.
Di bidang angkutan barang, KAI pun berinovasi dengan mengoperasikan KA Angkutan Limbah pertama di Indonesia. Rangkaian yang terdiri dari sepuluh gerbong datar (GD) dengan kapasitas 20 Teus atau setara dengan 360 ton ini diberangkatkan dari Stasiun Kalimas menuju Stasiun Nambo, Bogor.
Di sektor angkutan barang, pada tahun 2018, KAI mengangkut sebanyak 45,23 juta ton, meningkat 5,17 juta ton atau sebesar 12,92% dibandingkan tahun 2017 sebesar 40,06 juta ton. Pada semester I tahun 2019, KAI telah mengangkut sebanyak 22,74 juta ton, dan angka ini tentu masih akan bertambah hingga akhir tahun 2019.
Di tengah laju perkembangan yang makin kencang, KAI pun konsisten memperhatikan masyarakat yang tinggal di sekitar rel kereta api atau stasiun dengan menghadirkan Kereta Kesehatan atau Rai Clinic. Sudah empat tahun berjalan, Rail Clinic memberikan layanan kesehatan tingkat pertama yang bisa diakses gratis oleh penduduk yang tinggal di sekitar jalur dan stasiun kereta api namun sulit mengakses layanan kesehatan. Sepanjang 2018, Rail Clinic sudah melayani 21.196 pasien. Selama Januari hingga Agustus 2019, Rail Clinic sudah melayani 15.443 pasien.
KAI juga terus meningkatkan pelayanan kesehatan baik bagi pegawai maupun masyarakat umum. KAI menghadirkan Klinik Mediska yang menjadi Fasilitas Kesehatan Pertama dan lanjutan, Pengembangan Unit Kesehatan Klinik 24 Jam, Klinik Rawat Inap, Rumah Bersalin dan Apotek, hingga melakukan Feasibility Study dan Basic Design Persiapan Pendirian Rumah Sakit. Hingga 31 Agustus 2019, terdapat 54 Klinik Mediska yang eksisting.
Ke depan, berbagai perubahan dan tantangan tak akan berhenti. Dunia pelayanan publik pun semakin dinamis. Namun, sebagai pelayan publik, KAI akan siap dengan semangat perubahan dan inovasi.
(adv/adv)