BNPB Koreksi Korban Meninggal Gempa Ambon Jadi 28 Orang

CNN Indonesia
Rabu, 02 Okt 2019 19:02 WIB
Total dampak bencana gempa magnitudo 6,5 di Maluku versi terbaru BNPB yakni 28 orang meninggal, 150 orang luka, dan 115 ribu jiwa mengungsi.
Sejumlah pasien menjalani perawatan di dalam tenda darurat di teras RSUD Haulussy, Ambon, Maluku, Kamis (26/9/2019). Gempa magnitudo 6,5 mengguncang Maluku.(ANTARA FOTO/Izaac Mulyawan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengoreksi korban meninggal dunia akibat gempa bumi magnitudo 6,5 di Maluku menjadi 28 jiwa. Sebelumnya disampaikan korban meninggal dunia mencapai 31 jiwa.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Agus Wibowo menjelaskan tiga orang yang sebelumnya didata meninggal dunia itu dikarenakan sakit, bukan akibat gempa bumi.

"Tiga orang (yang berkurang) itu karena, memang meninggal, tapi diidentifikasi sakitnya sebelum gempa. Dari (penilaian) dokter meninggal karena sakit," ujar Agus kepada CNNIndonesia.com di Kantornya, Jakarta, Rabu (2/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan data BNPB, per hari ini korban luka-luka sebanyak 150 jiwa. Sementara 115.290 jiwa mengungsi akibat gempa bumi.
Sementara itu Kota Ambon, dan Kabupaten Seram Bagian Barat telah ditetapkan status tanggap darurat selama 14 hari sejak 26 September 2019 - 9 Oktober 2019.

Sementara Kabupaten Maluku Tengah status tanggap darurat dimulai dari 27 September 2019 - 10 Oktober 2019.

Agus menjelaskan BPBD Provinsi Maluku hingga saat ini telah mendirikan tenda pengungsi di RSU Haulussy Kudamati dan RSU Tulehu. Selain itu juga pendirian tenda BNPB di Lapangan Rindam XVI/Pattimura yang difungsikan sebagai pos komando dan logistik Kabulaten Maluku Tengah.

[Gambas:Video CNN]

"BNPB juga melakukan pendampingan kepada Provinsi Maluku, Pemkab Maluku Tengah, Pemkot Ambon dan Pemkab Seram Bagian Barat," tambah dia.

Agus melanjutkan total tenda pengungsi yang dirikan mencapai 15 unit. BNPB, terang Agus, juga mengucurkan dana siap pakai senilai Rp1 miliar.

Agus mengungkapkan sejumlah masyarakat sudah berangsur kembali ke tempat tinggalnya setelah sebelumnya mengungsi ke bukit. Kata dia, hoaks yang bersebaran mengenai gempa susulan membuat mereka lebih memilih tinggal di bukit.

"Hoaksnya tinggi menyebar dari WhatsApp, sms, membuat masyarakat panik semua. 'O ini ada gempa-gempa, padahal informasinya dari mana, enggak tahu," tutur Agus.
(ain/ryn/ain)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER