Titik Panas Turun, BNPB Klaim Kualitas Udara Membaik

CNN Indonesia
Selasa, 01 Okt 2019 14:19 WIB
BNPB menyebut kualitas udara di sejumlah wilayah karhutla membaik seiring penurunan jumlah titik panas kemarin.
Titik api sudah berkurang di sejumlah wilayah sehingga kualitas udara juga mulai membaik. (CNNIndonesia/Hafidz)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut kualitas udara membaik seiring penurunan jumlah titik panas di Sumatera dan Kalimantan.

"Pantauan BNPB berdasarkan citra satelit Modis-catalog LAPAN pada Senin (30/9), pukul 18.00 WIB menunjukkan kualitas udara membaik seiring dengan turunnya jumlah titik panas (hotspot) di Sumatera dan Kalimantan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB  Agus Wibowo lewat keterangan tertulis, Selasa (2/10).

Berdasarkan data Senin (30/9), titik panas akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) totalnya mencapai 673. Di Riau, titik panas terpantau nihil, Jambi memiliki 15 titik api, Sumatera Selatan mempunyai 63 titik panas, Kalimantan Barat 0 titik panas, Kalimantan Tengah 63 titik panas, dan Kalimantan Selatan mempunyai 141 titik panas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Namun demikian, kualitas udara yang diukur dengan PM 2,5 menunjukkan tingkat 'baik'," kata Agus.

Sementara, luas hutan dan lahan di seluruh wilayah Indonesia sejak awal tahun 2019 yang terbakar mencapai 328.724 hektare. Selain itu, karhutla juga masih terjadi di kawasan Gunung Merbabu dan Sumbing di Jawa Tengah.

Agus menyebut Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) berlangsung baik di Sumatera maupun di Kalimantan. Pada hari Senin, dikerahkan 2 pesawat di Sumatera dan 2 Pesawat di Kaltim dengan total garam yang ditabur mencapai 9.600 kg.

Hasilnya, hujan turun di sebagian besara wilayah Riau (Indragiri Hulu, Dumai, Pelalawan, Kuansing, Indragiri Hilir, Siak, Rokan Hulu dan Rokan Hilir), Jambi (Merangin, Sarolangin), Kalbar (Pontianak, Singkawang, Sintang, Melawi), Kalsel (HST, HSS), dan Kalteng (Palangkaraya, Barito Selatan dan Lamandau).

"Kecenderungan titik panas yang turun harus terus dipertahankan sehingga masyarakat dapat menghirup udara sehat dan beraktivitas di luar rumah," kata Agus.

Hujan yang turun secara optimal, lanjutnya, dapat dimanfaatkan untuk membasahi gambut dengan sekat kanal dan embung.

"Gambut perlu dikembalikan ke kodratnya yaitu basah dan berair sehingga tidak mudah terbakar. Usaha pembahasan gambut ini perlu dilakukan terus menerus sehingga tahun depan tidak terjadi kebakaran lagi," tutup Agus.
[Gambas:Video CNN]

(arh/gil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER