Hujan Deras Guyur Bandung, Jalur ke Ciwidey Tertimbun Longsor

CNN Indonesia
Selasa, 17 Des 2019 18:38 WIB
BMKG telah memetakan sejumlah daerah berpotensi hujan deras, BNPB meminta kepala daerah siapkan status siaga darurat bencana banjir dan longsor.
Ilustrasi. Sejumlah pengendara melintasi genangan banjir di ruas jalan Stasiun Timur, Bandung, Jawa Barat, Kamis (16 /11). (ANTARA FOTO/Novrian Arbi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hujan deras yang mengguyur wilayah Bandung selama hampir tiga jam, Selasa (17/12) siang, memicu longsor di Kampung Sungapan, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung. Material tanah dan pasir membuat jalan raya Soreang-Ciwidey terputus.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bandung Enjang Wahyudin mengatakan, kejadian longsor terjadi sekitar pukul 15.30 WIB. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.

"Longsor berupa material pasir, lumpur dan pohon bambu menutupi ruas jalan raya Soreang Ciwidey," kata Enjang saat dikonfirmasi, Selasa (17/12).

Menurut Enjang, titik longsor berada dekat dengan lokasi galian C. Kondisi jalan yang menanjak serta menurun membuat material tanah terbawa bersama air hujan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Petugas saat ini berada di lokasi untuk melakukan evakuasi material tanah dan pembersihan agar menghindari pengendara mengalami kecelakaan.

"Tim gabungan dari BPBD, Damkar, dan PUPR sudah berada di lokasi untuk mengevakuasi longsor," ujarnya.

Selain petugas, kata Enjang, satu unit alat berat diturunkan untuk membersihkan lumpur yang menutupi jalan.

"Sekarang akses jalan mulai normal kembali. Petugas juga mulai mengatur lalu lintas. Kendaraan sudah bisa melintas," katanya. (hyg)

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika memprediksi sepanjang Desember 2019 curah hujan tinggi akan mengguyur Sumatera Barat, Jawa, Kalimantan, dan juga Sulawesi. Sementara untuk beberapa wilayah di bagian Indonesia Timur saat ini masih berada dalam cuaca yang relatif kering.

Menanggapi hal itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pun meminta agar kepala daerah yang berada di wilayah daerah rawan bencana akibat cuaca ekstrim mulai menetapkan status siaga darurat.

Berdasarkan prediksi tersebut, Kepala Pusat Data Informasi (Kapusdatin) dan Humas Humas BNPB Agus Wibowo memperkirakan sekitar 489 kabupaten/kota berada di daerah bahaya dan rawan banjir. Sementara 441 kabupaten/kota berada di daerah bahaya longsor.

"Kami siap siaga, ada rapat koordinasi ini karena kami memprediksi tahun ini akan terjadi banyak bencana banjir atau bencana-bencana lain," kata Agus saat menggelar jumpa pers di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (17/12).

"Pemda diminta yang memang rawan bencana untuk menetapkan status siaga darurat," imbau Agus.

Hal tersebut, kata Agus, diprediksikan masih akan berlanjut hingga Maret 2020. Sementara, puncak dari curah hujan diseluruh wilayah Indonesia diprediksi pada Januari 2020.

BNPB sendiri mengatakan telah menyiapkan sejumlah dana siap pakai untuk digunakan daerah-daerah menghadapi bencana yang datang.
[Gambas:Video CNN]
Oleh sebab itu, pihaknya meminta agar kepala daerah mulai menetapkan status siaga darurat. Hal tersebut, kata Agus, untuk mempermudah BNPB mengalokasikan dana siap pakai tersebut ke daerah yang memang membutuhkan.

"Biasanya kalau di akhir tahun dan awal tahun, daerah-daerah tidak ada uangnya, belum siap DIPAnya (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran)," kata Agus.

Agus mengatakan, untuk saat ini, wilayah di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi sudah dapat mulai menetapkan status siaga darurat lantaran sudah mulai memasuki cuaca pancaroba sehingga berpotensi bencana.

"Setelah mereka menetapkan siaga darurat, langkah berikutnya adalah membentuk sistem komandonya, organisasi penanganan daruratnya, ditunjuk IC-nya dan ditunjuk komponen-komponen di bawahnya," jelas dia.

Sementara itu, Kepala BNPB Doni Monardo mengimbau kepada masyarakat yang tinggal disekitar wilayah aliran sungai untuk mulai mengantisipasi banjir dan juga tanah longsor.

Doni juga mengimbau masyarakat agar mewaspadai potensi angin puting beliung. Ia meminta agar cabang dan ranting pohon untuk dipangkas sehingga dapat mengurangi beban pohon dan tidak roboh ketika dihantam angin puting beliung.

"Kalau tidak dipangkas, sekali lagi dipangkas, bukan ditebang, jangan sampai pohonnya ditebang. (Tapi) Dipangkas dikurangi jumlah rantingnya, dikurangi jumlah cabangnya," ujar Doni.

Selain itu, Doni mengatakan bahwa pihaknya juga mengupayakan untuk melakukan pemeriksaan anak sungai bersama relawan dan pegiat lingkungan untuk membersihkan daerah tutupan yang berpotensi banjir bandang karena dinilai jauh lebih berbahaya. (mjo/hyg/gil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER