Maluku, CNN Indonesia -- Bencana kekeringan melanda warga Dusun Keira, Desa Tounwawan, Kecamatan Moa, Maluku Barat Daya, Maluku. Sejak tiga bulan terakhir kondisi tersebut mengakibatkan sekitar seribu ternak milik warga mati akibat kekurangan air.
"Kalau keseluruhan Desa jumlahnya sekitar 1.000 ekor ternak yang mati, sedangkan di dusun Keira sekitar 300 dan Desa Tounwawan sekitar 500 ekor ternak mati kehabisan air minum," kata Kades Tounwawan, Lomusterd Tetrapoik, saat dikonfirmasi, Selasa (28/1).
Kades Lomusterd mengatakan hampir seluruh ladang dan sumur warga mengalami kekeringan saat musim kemarau panjang yang melanda sejumlah Desa di Kecamatan Moa, Maluku Barat Daya, Maluku.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekitar 300 - 500 ekor ternak peliharaan warga mati akibat kehabisan air minum," kata Lomusterd.
"Kekeringan juga membunuh sejumlah ternak lainnya seperti kambing dan ayam,"imbuhnya.
Warga, kata Kades, memohon pemerintah pusat (Pempus) melalui Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk membangun sarana dan prasarana air baku di Desa Tounwawan Kepulauan Moa, Maluku Barat Daya.
Warga juga menyayangkan sikap pemerintah Maluku Barat Daya, katanya, pemerintah daerah tidak mengambil langkah antisipasi setelah menghadapi musim kemarau panjang yang datang sejak November 2019 hingga awal Januari 2020.
[Gambas:Video CNN]Jika harga ternak di Moa berkisar Rp4 juta hingga Rp5 juta, maka kerugian peternak bisa mencapai Rp2 miliar.
Secara terpisah, ketua komisi III DPRD Maluku Anos Jeremias menegaskan rencana akan memanggil Balai Sungai Provinsi Maluku untuk memprioritaskan pembangunan penampungan air bersih di pulau Moa.
Hal ini, kata politikus Golkar itu, hal ini untuk kemakmuran rakyat di kepulauan Moa dan sekitarnya agar siap menghadapi musim kemarau.
"Komisi III melakukan kunjungan masa reses di kepulauan Moa, Maluku Barat Daya dan memang kondisi di sana terpuruk dari sektor air bersih maupun sektor transportasi antar pulau," kata Anos.
(sai/ayp)