Jakarta, CNN Indonesia -- Majelis Ulama Indonesia (
MUI) meminta Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (
PBNU) merayakan hari lahir (harlah) ke-94, pada Jumat (31/1), dengan mengeluarkan Resolusi Jihad Jilid II yang menyoroti ketimpangan ekonomi di Indonesia saat ini.
Sekretaris Jenderal MUI Anwar Abbas menyebut Resolusi Jihad yang diterbitkan NU pada 22 Oktober 1945 memainkan peranan penting dalam revolusi fisik Indonesia. Resolusi yang dikeluarkan oleh pendiri NU Hasyim Asy'ari itu mampu melecut semangat pejuang kemerdekaan, terutama pada pertempuran di Surabaya, 10 November 1945.
Anwar berharap menyampaikan NU bisa kembali menginspirasi umat Islam di Indonesia untuk menuntaskan masalah bersama. Menurutnya, saat ini umat Islam Indonesia menghadapi masalah serius terkait ketimpangan ekonomi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita harapkan NU akan dapat melakukan lompatan besar dan baru dengan mengeluarkan resolusi jihad jilid dua. Kalau yang pertama tahun 1945 resolusi jihad tersebut lebih berat muatan politiknya, maka pada tahun 2020 kita menunggu resolusi jihad NU jilid dua dalam bidang ekonomi dan bisnis," kata Anwar dalam keterangan tertulis yang diterima
CNNIndonesia.com, Jumat (31/1).
Dia berpendapat ketimpangan ekonomi di Indonesia terjadi karena ormas Islam kurang gigih menyiarkan masalah ekonomi dan bisnis. Sehingga umat Islam kurang punya semangat memperjuangkan kemakmuran mereka.
[Gambas:Video CNN]Hal ini, kata dia, berbeda dengan keturunan Tionghoa di Indonesia yang ia apresiasi karena prinsip kerja kerasnya. Hal itu membuat mereka bisa bercokol di jajaran orang kaya Indonesia.
"Semua ini tentu tidaklah sulit. Bukankah Imam Syafi'i pernah berkata '
man jadda wajada'? Artinya siapa yang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan suatu pekerjaan maka dia akan mendapatkan serta menuai hasil dan buahnya," tuturnya.
"Kalau ini bisa dilakukan oleh NU dan elemen umat Islam lainnya secara bersungguh-sungguh, maka tentu peta kehidupan sosial politik dan ekonomi di negeri ini di masa depan akan berubah," tutup Anwar.
(dhf/arh)