Jakarta, CNN Indonesia -- Juru bicara pemerintah khusus
virus corona (covid-19), Achmad Yurianto menyatakan, kondisi pasien kasus-1 dan kasus-2 yang diisolasi di
RSPI Sulianti Saroso semakin membaik saat ini. Hanya saja keduanya masih mengalami tekanan psikologis karena identitasnya tersebar di publik.
"Kalau yang kemarin kasus 1 dan 2 tidak ada keluhan apapun. Sekarang yang didominasi kasus 1 dan 2 adalah beban psikologis akibat identitasnya sudah terpublikasi," ujar Achmad saat memberikan keterangan di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (9/3).
Identitas kedua pasien sebelumnya sempat beredar di media sosial. Muncul foto yang memuat nama, tanggal lahir, hingga alamat kedua pasien tersebut. Wali Kota Depok bahkan juga sempat mengungkapkan alamat kedua pasien kepada awak media.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Achmad mengatakan, terungkapnya identitas itu menjadi pukulan berat bagi kedua pasien. Ia tak menampik beban psikologis itu berpengaruh pada imunitas kedua pasien.
Akibatnya, kedua pasien hingga saat ini belum sembuh dari infeksi corona. Padahal, menurut Achmad, keduanya sudah tak mengeluhkan gejala seperti batuk atau sesak nafas.
"Hasil pemeriksaan yang didapatkan dari spesimen kemarin hari ketujuh masih positif juga. Jadi kami belum akan nyatakan lepas perawatan, meski secara klinis tidak ada keluhan apa-apa," katanya.
[Gambas:Video CNN]Sementara permintaan agar tak membuka identitas juga disampaikan pasien kasus 3 dan 4. Achmad menuturkan, kedua pasien itu khawatir mengalami hal yang sama dengan kasus 1 dan 2.
"Pasien 3 dan 4 sudah jauh lebih bagus. Hanya ada permintaan dan kami memberikan garansi tidak akan mengumumkan namanya, karena mereka takut seperti yang terjadi di pasien 1 dan 2," ucap Achmad.
Pasien kasus 3 dan 4 berasal dari klaster yang sama dengan pasien kasus 1 karena pernah melakukan kontak dekat (close contact). Keempat pasien saat ini masih diisolasi di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta.
Meski diisolasi, Achmad mengatakan, keempat pasien masih dapat berkomunikasi dan menggunakan ponsel pintar.
"Mereka tidak kami isolasi sosialnya, tapi fisiknya sehingga bebas menggunakan smartphone dan media televisi," tuturnya.
(psp/osc)