Pasien Meninggal di Parkiran, Layanan RSUD Jepara Dikeluhkan

CNN Indonesia
Rabu, 18 Mar 2020 15:16 WIB
Dengan alasan IGD penuh, seorang pasien di RSUD Kartini Jepara terlantar di parkiran hingga akhirnya meninggal di dalam ambulans yang membawanya.
Ilustrasi Jenazah. (Foto: ANTARA FOTO/Jojon)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang pasien yang sudah berusia lanjut, Lukita (69 tahun), meninggal di dalam ambulans di parkiran instalasi gawat darurat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kartini, Jepara, Jawa Tengah.

Anggota DPRD Jepara Nur Hidayat mengatakan bukan kali ini saja pelayanan RSUD Kartini dikeluhkan.

"Permasalahan kualitas pelayanan di RSUD RA. Kartini, bukan kali ini saja terjadi, tetapi sudah banyak laporan masyarakat yang menganggap kualitas pelayanannya memang kurang menyenangkan," kata Nur Hidayat di Jepara, Rabu (17/3) seperti dilansir dari Antara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua Komisi C itu mengaku terpukul atas peristiwa tersebut. Pasien kritis seharusnya segera mendapat layanan karena kegawatannya. Bukan malah menunggu dua jam di ambulans yang membawanya di parkiran IGD.

Persoalan tersebut, kata dia, merupakan pekerjaan untuk semua pihak yang harus diselesaikan, khususnya Pemerintah Kabupaten Jepara, agar segera mengambil kebijakan teknis agar kejadian serupa tidak terulang lagi.

"Kami sangat menyayangkan. Memang diakui di sini banyak kekurangan, mulai dari infrastuktur, penguatan manajemen rumah sakit, penguatan sumber daya manusia (SDM) rumah sakit, hingga tim medis harus betul-betul diperhatikan," ujarnya.

Menurut dia bidang kesehatan sebagai layanan dasar mutlak harus dipenuhi oleh Pemkab Jepara dan jangan sampai layanan dasar kesehatan masyarakat menjadi yang kedua dari pelayanan yang lainnya.

Direktur RSUD Kartini Jepara Dwi Susilowati menyampaikan permohonan maaf atas peristiwa tersebut. Menurutnya, rumah sakit tak bermaksud menelantarkan Lukita.

Dwi mengatakan, saat pasien datang dengan dibawa ambulans, IGD sudah penuh pasien.

Bahkan, lanjut dia, jumlah pasien yang tertampung di IGD sudah melebihi kapasitas tempat tidur sebanyak 13 tempat tidur, kemudian ditambah 12 tempat tidur.

Meskipun demikian, jumlah pasien yang antre mencapai 19 antrean yang harus menunggu di luar.

"Kami tidak inginkan hal seperti itu lagi nanti, sehingga harus mawas diri lagi serta memilah-milah pasien yang memang benar-benar 'emergency' yang diterima. Jika tidak masuk kategori tersebut, tentu tidak akan diterima," ujarnya.

Jika pasien yang masuk ke IGD dengan rujukan, kata dia, harus melalui fasilitas kesehatan pertama karena biasanya pasien rujukan juga didampingi petugas dan sudah terkoneksi dengan sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) sehingga tidak ada pasien yang di dalam mobil maupun tidak terperiksa karena semua sudah terkoneksi.

Sementara Lukita disebutkan tanpa surat rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama.

"Sudah saya cek, tidak ada surat rujukan dan pasien memang datang sendiri dengan diantar mobil ambulans desa," ujar Dwi.

Lukita warga Desa Mambak, Kecamatan Pakisaji, Jepara, Senin (16/3), datang ke RSUD Kartini dengan dibawa ambulans puskesmas.

Dilansir dari sejumlah media, ketika tiba di IGD, perawat tak ada yang memberikan tempat tidur dorong untuk memindahkan Lukita dari ambulans karena sudah habis.

Setelah menunggu dan khawatir atas kondisi Lukita, keluarga lantas meminta petugas memeriksa. Usai memeriksa, petugas hanya memberikan nomor antrean 19.

Tak juga dipanggil, Lukita keburu meninggal di dalam ambulans, di halaman parkir rumah sakit tersebut.
(antara/sur)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER