Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta segera dilakukan tes metode Polymerase Chain Reaction (PCR) berupa swab kepada warga yang dinyatakan positif dalam
rapid test atau tes cepat
Virus Corona.
"Saya minta kepada tim, khususnya gugus tugas rumpun kuratif yang dipimpin dr Joni Wahyuhadi melakukan swab kepada mereka," ujarnya, di Surabaya, Selasa (31/3) malam, dikutip dari Antara.
Diketahui, Jatim telah melakukan 2.020 tes cepat. Sebanyak 49 orang pun dinyatakan positif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Khofifah, hasil rapid test tidak bisa dijadikan sebagai penanda bahwa seseorang sudah pasti positif terinfeksi Corona.
"Tetapi tetap untuk mendapatkan presisi yang baik maka harus dilakukan swab," ucap mantan menteri sosial tersebut.
Soal pendanaan bagi pasien, dia menyebut itu dibagi dua dengan Pemerintah Pusat berdasarkan hasilnya. Khofifah merinci, biaya pemeriksaan ditanggung Pemprov Jatim jika hasil
rapid test positif dan hasil PCR negatif.
"Tapi ketika tes positif dan PCR positif maka biaya akan ditanggung oleh Pemerintah Pusat," kata dia.
Selain di Jatim,
rapid test juga menemukan 18 orang positif Corona di Kota Tangerang, Banten. Pelaksanaan rapid test ini berlangsung selama dua pekan mulai 26 Maret hingga 5 April dan dilakukan oleh petugas Dinas Kesehatan Kota Tangerang.
[Gambas:Video CNN]"Sampai saat ini hasilnya sebanyak 1.434 dinyatakan negatif, 18 orang positif, dan tiga orang invalid," kata Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Tangerang dr. Liza Puspadewi dalam keterangan resminya, Rabu (1/4) dikutip dari
Antara.
Masyarakat yang menjadi prioritas pelaksanaan rapid test, katanya, antara lain keluarga inti Pasien Dalam Pengawasan (PDP), warga Kota Tangerang yang berstatus Orang Dalam Pengawasan (ODP), warga yang memiliki gejala Influenza Like Illness (ILI) serta sebagian warga Kota Tangerang.
"ILI gejalanya seperti demam lebih dari 38 derajat disertai batuk dan sakit tenggorokan. Sedangkan untuk warga dilakukan secara sampling di 13 kecamatan dan 104 kelurahan," terang Liza.
Kemudian, Dinas Kesehatan juga melakukan rapid test kepada tenaga medis. Hal ini untuk memastikan keamanan dan keselamatan untuk semua pihak.
APD MinimSaat tes cepat sudah digelar di sebagian wilayah, tenaga medis masih kekuarangan alat pelindung diri (APD). Sejumlah puskesmas di Surabaya, Jawa Timur, misalnya, mengalami kekurangan APD yang menghambat pelaksanaan
rapid test.
"Mengingat jumlah alat pelindung diri (APD) yang terbatas, maka mereka dikumpulkan di puskesmas di udara terbuka. Mereka diambil darahnya untuk dilakukan pemeriksaan," kata Koordinator Protokol Kesehatan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Febria Rachmanita di Surabaya, Rabu (1/4).
Adapun beberapa puskesmas yang sudah melakukan
rapid test pada Selasa (31/3) meliputi Puskesmas Tanjungsari, Manukan Kulon, Asemrowo, Sememi, Benowo, Jeruk, Made, Peneleh, Kedungdoro, Tembok Dukuh, Tambakrejo, dan Perak Timur.
 Foto: CNN Indonesia/Fajrian |
Rapid test tersebut baru bisa dilakukan di beberapa puskesmas di Surabaya, sembari menyesuaikan kesiapan puskesmas dan keadaan pasien orang dalam pantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP).
Febria Rachmanita yang juga Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya memastikan bahwa rapid test itu memprioritaskan sejumlah tenaga kesehatan (nakes) dan pasien ODP serta pasein PDP. Sesuai data, petugas kesehatan sekitar 400 orang, kemudian 150 pasien ODP dan kurang lebih sekitar 29 pasien PDP.
"Itu yang harus diperiksa. Sebagian pasien PDP sudah dilakukan rapid tes. Jadi yang ini lanjutannya," kata Feny, sapaan Febria Rachmanita.
Surabaya, katanya, mendapatkan 620 alat
rapid test dari Kementerian Kesehatan yang kemudian didistribusikan ke puskesmas-puskesmas di wilayahnya.
Feny mengatakan pelaksanaaan rapid test juga dilakukan di RSUD Soewandhie dan RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH) pada Minggu (29/3). Dari total 66 orang yang dilakukan rapid test, hasilnya negatif semua.
Sebelumnya, Juru Bicara pemerintah khusus penanggulangan Virus Corona, Achmad Yurianto, mengatakan hasil
rapid test masih harus dicek ulang dengan tes PCR.
"Pada
rapid test kita temukan kasus positif disertai gejala gejala sakit yang sedang, tetap harus dikonfirmasi dengan menggunakan test PCR. Test PCR memiliki sensitivitas tinggi dibanding
rapid," kata Yurianto dalam konferensi pers di Kantor BNPB, Kamis (19/3).
Menurutnya, rapid test hanya sebagai langkah untuk meyakinkan masyarakat apakah tertular Covid-19 atau tidak.
(antara/arh)