Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur Jawa Barat
Ridwan Kamil meminta pemerintah pusat untuk memperbanyak alat dan lokasi
rapid test untuk memetakan penyebaran
Virus Corona (Covid-19) di Indonesia.
Emil, sapaan akrabnya, membandingkannya dengan Korea Selatan yang bisa melakukan
rapid test terhadap 300 ribu orang, atau 0,58 persen dari jumlah penduduknya yang mencapai 51 juta jiwa.
"Korea Selatan itu penduduknya 51 juta (jiwa), tapi warga yang dites 300 ribu. Sementara kita tadi, di DKI kurang lebih 15 ribu, saya (di Jawa Barat) juga 15 ribu. Kita mungkin di level 40 ribu, Pak, hari ini," kata Emil Ridwan saat menggelar diskusi jarak jauh dengan Wakil Presiden Ma'ruf Amin, Jumat (3/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagaimana mengejar rasio ratus-ratus ribu? Itulah peran pemerintah pusat memperbanyak alat tes," ia menambahkan.
Emil menyebut Indonesia setidaknya harus melakukan tes terhadap 2 juta penduduk agar bisa menemukan peta penyebaran Covid-19.
"Dengan [tes terhadap] 2 juta [orang] peta ditemukan secara utuh. Hari ini saya duga
rapid test dan PCR baru jadi 50 ribu. Menuju 2 juta masih sangat jauh, mudah-mudahan itu jadi atensi bapak dan pemerintah pusat," tuturnya.
Sebelumnya, Emil menyebut Jawa Barat menjadi provinsi pertama yang melakukan pengetesan Corona sendiri. Tes itu menggunakan alat yang dibeli dari Korea Selatan. Dari hasil tes itu pula ditemukan ada empat klaster penyebaran Covid-19 di wilayahnya.
Selain itu, turut ditemukan sejumlah kepala daerah yang positif Corona. Yakni, Wali Kota Bogor Bima Arya, Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana dan Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana.
[Gambas:Video CNN]Diketahui, Korsel jadi salah satu negara yang dipuji Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam hal penanganan kasus Corona. Jumlah kesembuhannya pun jauh di atas angka kematiannya.
Salah satu kuncinya adalah tes Corona secara massal dan gratis di berbagai lokasi, seperti rumah sakit, klinik, hingga stasiun pemeriksaan dengan sistem drive thru.
Dalam sehari, Korea Selatan bisa memeriksa sekitar 15 ribu orang. Per akhir Maret, lebih dari 300.000 orang sudah dites.
Lewat strategi itu, pasien positif Corona lebih cepat terdeteksi dan mendapatkan perawatan, mencegah kematian, sekaligus mencegah penularan ke banyak orang.
(dis/arh)