Sampah DKI Berkurang 620 Ton Per Hari sejak WFH Era Corona

CNN Indonesia
Kamis, 09 Apr 2020 17:55 WIB
Jumlah sampah di DKI berkurang sekitar 620 ton per hari sejak WFH diterapkan akibat Corona, namun itu berdampak pada rejeki pemulung.
Setiap hari DKI membuang sampahnya ke TPS Bantargebang, Bekasi. (CNN Indonesia/Eky Wahyudi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menyebut jumlah sampah dari Jakarta menuju Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Bantargebang, Bekasi, berkurang signifikan sejak penerapan work from home (WFH) atau bekerja dari rumah pada 16 Maret akibat Virus Corona.

Kepala DLH DKI Jakarta Andono Warih menyatakan penurunan itu rata-rata mencapai 620 ton per hari.

"[Penurunan itu] jika dibandingkan dengan data rata-rata harian periode 1-15 Maret 2020 sebelum penerapan WFH, dengan rata-rata tonase sampah 16-31 Maret 2020 setelah penerapan WFH," jelas dia, dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu (8/4) dikutip dari Antara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Andono, penurunan aktivitas masyarakat memang berdampak terhadap berkurangnya timbunan sampah.

"Kebijakan bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah membuat sampah berkurang terutama dari sumber komersial, seperti hotel, mal, restoran, perkantoran, dan tempat wisata," tuturnya.

Terlepas dari dampak WFH dan Corona, pihaknya tetap memiliki tiga strategi untuk mengurangi timbunan sampah yang diangkut ke Bantargebang. Program tersebut menekankan aktivitas kurangi, pilah, dan olah sampah atau "KuPiLah" yang dilakukan oleh masyarakat.

Tiga strategi itu, pertama, strategi pintu depan pada tahap sebelum mengonsumsi. Misalnya, membawa kantong belanja ramah lingkungan sebelum belanda dan memakai masker kain yang bisa digunakan ulang.

[Gambas:Video CNN]
"Kita harus tahu dan sadar apa yang mau kita konsumsi sejak dalam pikiran. Jika itu menghasilkan sampah, tak akan kita pilih," kata Andono.

Kedua, strategi pintu tengah, dimana semua sisa barang tidak buru-buru dibuang ke tempat sampah. Misalnya, dengan mengambil makanan tidak berlebihan yang berpotensi menjadi sampah.

Ketiga, strategi pintu belakang, yaitu disiplin memilah sampah. Andono mencontohkannya dengan memilah sampah organik untuk dimasukkan ke komposter atau lubang biopori, sampah anorganik didaur ulang.

Terpisah, Komunitas Plastik Untuk Kebaikan (Komunitas PUK) menyebutkan sekitar 4 juta pemulung terkena dampak pengurangan sampah saat pandemi Virus Corona.

"Ada lebih dari empat juta pemulung terkena dampak Covid-19. Itu berdasarkan data Ikatan Pemulung Indonesia. Para pemulung kesulitan bekerja di tengah kondisi seperti saat ini," ujar Anggota Komunitas PUK, Surya Cahya Agung, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, dikutip dari Antara.

"Jika mereka tetap bekerja, jumlah sampah plastik yang dikumpulkan hanya sedikit karena banyak rumah makan yang tutup," imbuhnya.

Para pemulung ini, kata dia, juga rentan tertular virus yang menyerang saluran pernafasan tersebut.

(antara/arh)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER