Jakarta, CNN Indonesia -- Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19,
Achmad Yurianto, mengaku sudah mendapatkan informasi terkait hasil kajian ilmiah dari Institut Teknologi Bandung (
ITB) yang menunjukkan terdapat 32 ribu kasus
virus corona (Covid-19) tak terdeteksi di DKI Jakarta.
"Sudah dapat, sudah tau, saya sudah ngobrol juga dengan yang nulis. Kan itu perhitungan, pemodelan matematis itu," kata Yurianto kepada
CNNIndonesia.com, Sabtu (11/4).
Lebih lanjut, Yurianto menghormati lembaga manapun yang mengeluarkan kajian terkait Covid-19 dan menyebut kajian itu sudah memiliki metode tersendiri dalam melaksanakan penelitian.
Meski demikian, Yurianto menegaskan selama ini Gugus Tugas Covid-19 mengumumkan jumlah pasien positif corona berdasarkan bukti pemeriksaan di laboratorium.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya
kan hanya mengumumkan yang terbukti berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Apakah bisa saya umumkan "berdasarkan perkiraan, berdasarkan perkiraan riset jumlahnya sekian"? Terus bagaimana ngerawatnya dong kalau orangnya ga ada?" ujar Yurianto.
Selain itu, Yuri menegaskan selama ini pemerintah sudah mengambil pelbagai langkah untuk meminimalisir penyebaran virus corona di Indonesia.
Ia mencontohkan pemerintah mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga mengkampanyekan
social distancing untuk mencegah corona di tengah masyarakat.
"Terus kalau saya tanya, itu orang yg 32 ribu yang mana, mau saya kasih obat sekarang. Ga bisa ditemukan kan? Namanya mana, alamatnya mana, mau saya tracing. Ga ada kan?" Kata Yurianto.
Sebelumnya, peneliti matematika epidemiologi ITB, Nuning Nuraini dan timnya merilis penelitian terbaru terkait fenomena pandemi virus corona di Indonesia. Dalam penelitiannya itu, Nuning memperkirakan banyak kasus yang tidak terdeteksi dari provinsi-provinsi di Indonesia.
Kajian itu menyimpulkan bahwa Provinsi DKI Jakarta menempati urutan pertama sebagai provinsi dengan estimasi kepadatan kasus Covid-19 per 100.000 orang tertinggi di Indonesia. Berdasarkan estimasi penelitiannya, kasus yang tidak terdeteksi sebesar 32.000 (dalam selang kepercayaan 86 persen) kasus.
Sementara, nomor dua yang diduduki oleh Provinsi Jawa Barat dengan 8.090 kasus tak terdeteksi dengan selang kepercayaan yang sama.
Kajian ilmiah itu juga menyimpulkan bahwa skenario kebijakan karantina wilayah dalam waktu dekat disertai dengan rapid test adalah skenario terbaik yang dapat dilakukan pemerintah untuk menangani pandemi corona.
(rzr/vws)
[Gambas:Video CNN]