Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI) Ilhamsyah mendesak pemerintah mengevaluasi pemberlakuan
work from home (
WFH). Hal ini, menurutnya, agar
PHK besar-besaran di kalangan buruh bisa dicegah.
"Pemerintah harusnya melakukan evaluasi serius WFH di Kemenaker untuk antisipasi buruh yang terkena PHK," ujar Ilhamsyah saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Jumat (17/4).
Selain evaluasi WFH, Ilhamsyah juga meminta Disnaker di tingkat provinsi untuk melakukan evaluasi kinerja, tertuma di DKI Jakarta. Dia menilai angka PHK buruh di Jakarta terbilang tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Per 4 April 2020, Disnaker DKI Jakarta mencatat 16 ribu buruh terkena PHK. Menurut Ilham, ketika petugas di Kemnaker maupun Disnaker menjalankan WFH, maka terjadi keterlambatan proses pengaduan dan penanganan untuk buruh yang terkena PHK. Oleh karena itu, pihaknya meminta agar proses WFH dievaluasi kembali.
"Kalau bisa ada beberapa orang yang masuk untuk menangani itu," ujarnya.
Selain hal itu, Ilham juga mempertanyakan data Kemnaker yang menyebut 2,8 juta pekerja terkena PHK dan dirumahkan. Menurutnya data tersebut perlu dirinci berdasar sektor pekerjaan.
 Demo buruh di Jakarta. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
"Dalam kondisi wabah seperti ini, buruh butuh perlindungan dan kepastian hukum, kalau petugas Kemenaker dan Disnaker melakukan WFH, kita mau minta perlindungan kemana lagi?" ucapnya.
Menurutnya, apabila fungsi pengawasan tidak berjalan hanya karena WFH, hal itu akan membuat banyak buruh diperlakukan tidak adil atas PHK sepihak.
Sebelumnya Direktur Jenderal Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan, Satrio Lelono mencatat jumlah pekerja yang terkena PHK dan dirumahkan mencapai 2,8 juta sebagai dampak ekonomi di tengah wabah virus corona (Covid-19).
Melalui konferensi jarak jauh, ia mengatakan jumlah tersebut berasal dari pekerja formal dan nonformal. "Saat ini 2,8 juta bisa lebih dan akan terus bertambah," ujarnya, Senin (13/4).
(mln/pmg)
[Gambas:Video CNN]