Jakarta, CNN Indonesia --
Pemerintah menargetkan dapat memproduksi rapid test lokal untuk
virus corona sebanyak 50 ribu hingga 100 ribu unit per bulan. Saat ini, pemerintah tengah melakukan uji validasi dan registrasi produksi rapid test di Kementerian Kesehatan yang diharapkan rampung akhir Mei.
"Ditargetkan rapid test berbasis peptida sintesis ini bisa diproduksi 50 ribu sampai 100 ribu unit. Kapasitas industri rapid test kita bisa 100 ribu unit per bulan," ujar Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro dalam jumpa pers melalui siaran langsung di akun Instagram Sekretariat Kabinet, Senin (11/5).
Selain produksi rapid test yang tengah divalidasi, kata Bambang, terdapat tiga jenis rapid test lainnya yang tengah dikembangkan untuk kepentingan medis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara untuk test kit melalui metode Polymerase Chain Reaction (PCR), pihaknya menargetkan dapat memproduksi 50 ribu test kit PCR pada akhir Mei ini. Target produksi tes menggunakan PCR ini telah disampaikan Bambang dalam rapat bersama DPR pekan lalu.
"Produksi test kit PCR ini diharapkan bisa memenuhi target 10 ribu tes per hari," katanya.
Selain produksi alat tes, lanjut Bambang, sejumlah peneliti juga tengah mengerjakan produksi ventilator lokal. Saat ini ada empat ventilator rancangan ITB, UI, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan pihak swasta yang menjalani uji klinis.
"Kemungkinan minggu depan produksi dalam jumlah besar sudah bisa dilakukan. Kapasitas produksi 100 unit ventilator per pabrik per minggu," ucap Bambang.
Sementara untuk pembangunan mobile laboratorium biosafety level 2 (BSL 2) ditargetkan dapat segera beroperasi di RS Darurat Wisma Atlet pada 20 Mei mendatang. Mobile BSL 2 ini merupakan alat pendeteksi corona yang bersifat
mobile atau dapat berpindah-pindah.
Menurut Bambang, keberadaan mobile BSL 2 ini dapat membantu percepatan pemeriksaan hingga 250 sampel per hari.
"Mobile BSL 2 ini bisa membantu percepatan pemeriksaan sampai 250 sampel per hari," ucapnya.
Presiden Joko Widodo sebelumnya telah menargetkan agar pemeriksaan virus corona menggunakan metode PCR dapat mencapai 10 ribu per hari. Namun fakta di lapangan, pemeriksaan hanya dapat mencapai 4 ribu sampai 5 ribu sampel per hari.
Jumlah pemeriksaan sampel terbanyak terjadi pada 8 Mei lalu yakni 9.630. Namun jumlah itu kemudian menurun ke kisaran angka 7.100 hingga 7.300 spesimen saja.
(ain/psp/ain)
[Gambas:Video CNN]