Ternate, CNN Indonesia -- Perusahaan penyalur dua anak buah kapal (
ABK) asal Ternate, Maluku Utara, yang diklaim hilang kontak, PT Novarica Agatha Mandiri (NAM) menyebut kasus itu terjadi karena kapal tidak bisa berlabuh akibat situasi pandemi
Covid-19.
Sebelumnya, ibunda dua pelaut asal Ternate M. Chasar Andika (22) dan Rio Muhammad Riogam (19), Ulfa, menyebut sudah tak ada kontak dari keduanya sejak Desember 2019. Pihak keluarga juga menyebut mereka belum menerima gaji.
Chasar diketahui berlayar dengan kapal penangkap ikan berbendera China Fu Yuan Yu 602, sedangkan Rio ditugaskan di Fu Yuan Yu 601. Mereka sebelumnya disebut mendaftar lewat penyalur tenaga kerja PT NA, di Tegal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini dalam situasi pandemi sehingga kapal tidak bisa sandar. Kalau kapal tidak bisa sandar, bagaimana kantor bisa menghubungi anak-anak (ABK, red) itu?" ungkap Direktur PT NAM, Ella, dalam keterangannya, Selasa (12/5).
Menurut dia, PT NAM dan agensi kapal memiliki perjanjian kerja, salah satunya ketika ABK tengah bekerja mereka tak bisa diganggu apalagi hanya untuk hal-hal sepele. Biasanya, kapten kapal akan menghubungi agensi yang lantas diteruskan ke PT NAM jika ABK bermasalah.
"Misalnya kalau ABK kami berantem," imbuhnya.
Ella menyatakan pihak keluarga Chasar dan Rio di Ternate hampir tak pernah berkomunikasi dengan kedua pelaut itu. Baru setelah viral berita adanya ABK Indonesia yang diperbudak di kapal China, pihak keluarga berupaya mencari mereka.
 Foto: Astari Kusumawardhani |
"Tapi cara mereka menelepon saya itu sangat tidak sopan sekali," akunya.
Ella memaparkan Chasar dan Rio mendaftar di PT NAM pada November 2019. Sejak 11 Desember 2019 keduanya mulai berlayar.
"Dan untuk gaji mereka sendiri yang meminta agar dikirim ke rekening masing-masing, jangan ke rekening keluarga," jelasnya.
Guna memperkuat keterangannya, Ella meminta pihak agensi menghubungi Chasar di kapal Fu Yuan Yu 602 dan merekam pembicaraan mereka.
Dari balik telepon, Chasar membenarkan kapalnya belum bisa sandar di pelabuhan Argentina. Ia juga bilang agar gajinya dikirim ke rekening pribadinya.
"Pihak keluarga tidak tahu seperti apa kondisi anak-anak mereka di Tegal. Saya yang tahu, saya yang mengurus mereka. Saya urus mereka dengan baik, apa yang saya makan itu juga yang mereka makan. Bahkan tengah malam kalau mereka lapar pun masih ketok-ketok pintu rumah saya," ujarnya.
Sebelumnya, Ulfa Ali kepada media mengaku sudah berbulan-bulan tak berkomunikasi dengan dua putranya di kapal. Ia mengklaim sempat menghubungi PT NAM untuk mencari tahu keberadaan putranya, namun pihak perusahaan tak memberikan respons memuaskan.
(iel/arh)
[Gambas:Video CNN]