BNPB Sebut Ego Sektoral Dokter Hambat Data Pasien Corona

CNN Indonesia
Rabu, 13 Mei 2020 16:31 WIB
Petugas medis dari Rumah Sunat dr Mahdian menjelaskan prosedur khitan di rumah pasien di Gaga, Ciledug, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (8/5/2020). Selama masa pandemi COVID-19 penyedia layanan khitan tersebut melakukan praktik langsung ke rumah pasien dengan menggunakan standar alat pelindung diri (APD) lengkap untuk mendukung pemerintah dalam mencegah penyebaran virus corona. ziel 8thn, siswa kelas 2 sd, orang tua awalnya sempet ragu dengan keinginan anak untuk sunat dimasa pandemi corona. sehingga rencana awal setelah lebaran dengan pikiran wabah telah usai, tapi melihat penyebaran penyakit covid-19 makin panjang akhirny makin parah keluarga mempercepat jadwal, setelah sebelumnya menanyakan prosedur dan keamanan. (CNNIndonesia/Adhi Wicaksono)
Petugas medis dari Rumah Sunat dr Mahdian menjelaskan prosedur khitan di rumah pasien di Gaga, Ciledug, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (8/5/2020). (CNNIndonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Pusat Pengendalian Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Bambang Surya mengungkapkan kendala yang dihadapi pihaknya dalam mendapatkan data soal pasien terkait virus corona (Covid-19) di Indonesia. Salah satunya karena ada ego sektoral.

"Yang pertama paling sulit adalah adanya ego sektoral, tentunya seperti itu. Ini dapat dipahami, data pasien mendapat perlindungan ketat dari UU kesehatan, mindset itu tertanam kuat di teman-teman dokter tentunya," kata dia dalam keterangan pers di Graha BNPB, Rabu (13/5)


"Dengan posisi seperti itu artinya tidak mudah bagi kita melakukan negosiasi datanya dikirim dong ke kita supaya membantu untuk merekap," imbuh dia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan, sebelumnya sempat terjadi trauma yang dialami oleh tenaga kesehatan dan tim pengumpul data terkait bocornya identitas pasien pertama positif Covid-19 di Indonesia yang merupakan warga Depok, Jawa Barat.

"Kasus pertama di Depok kan kemudian terjadi pro dan kontra di berbagai media, dan itu mengakibatkan trauma orang kesehatan dan tim lain yang akan mengumpulkan data," ucap dia.

Selain itu, ia mengatakan dalam mengumpulkan data, pihaknya juga pernah menghadapi kendala belum terbangunnya SOP yang tetap dan jaringan komunikasi antara daerah hingga pusat.


Insert Artikel - Waspada Virus Corona. (CNN Indonesia/Fajrian)
"Seperti melapor dari rumah sakit ke Dinas Kesehatan ke provinsi hingga nasional. Sharing data juga belum terbentuk dengan cukup mapan pada saat itu," ucap dia.

"Untuk itu, yang saat ini kita lakukan adalah dengan membuat bersatu melawan Covid, bagaimana informasi ini menjadi satu," ucap dia.

Diketahui, pemerintah sendiri pertama kali mengumumkan kasus pertama positif Covid-19 di Indonesia pada 2 Maret lalu.

Dalam beberapa kesempatan, Presiden Jokowi pernah meminta pada jajarannya agar informasi soal Covid-19 disajikan secara transparan kepada publik. Ia meminta agar penjelasan soal Covid-19 itu dilakukan dengan detail dan baik melalui media.

Salah satunya pada 13 April lalu, yang juga disampaikan Jokowi saat membuka rapat terbatas. Kala itu, Jokowi meminta data terpadu, termasuk yang berkaitan dengan jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Dalam Pemantauan (ODP), pasien positif, meninggal bisa diakses masyarakat.


Soal data PDP dan ODP sendiri, pemerintah pusat melalui Juru Bicara Penanganan corona, Achmad Yurianto baru mengumumkan ke publik mulai 17 April lalu. Sebelumnya, sejak kasus positif pertama Covid-19 diumumkan, pemerintah hanya mengumumkan data pasien positif, pasien sembuh, dan pasien yang meninggal dunia. (yoa/pmg)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER