Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Kota (Pemkot)
Tangerang Selatan menargetkan 7 hari untuk membersihkan sampah dari
Sungai Cisadane akibat jebolnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang, Serpong, pada 22 Mei.
Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangsel Yepi Suherman mengatakan pihaknya masih melakukan pengerukan terhadap sisa-sisa sampah yang mencemari aliran sungai Cisadane.
Rencananya, proses pembersihan ditargetkan rampung hingga tujuh hari ke depan sejak dilakukan pada 24 Mei, atau dua hari pasca-kejadian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tekankan ke mereka itu, dari mulai tanggal 28 kemaren kita mintanya maksimalkan 7 hari ke depan udah beres. Mereka kerjakan pagi sampai tengah malem," ujar dia, saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Selasa (2/6).
Berdasarkan pantauan
CNNIndonesia.com di lokasi, total ada enam alat berat yang tengah beroperasi melakukan pembersihan sampah yang menumpangi sungai. Sejak Kamis (28/5) lalu, Yepi mengaku telah melibatkan pihak swasta untuk membantu proses pembersihan tersebut.
Yepi menyebut kejadian ini bermula saat 60 meter, dari total 400 meter, sheet pile atau turap penahan sampah di TPA Cipeucang jebol, pada Jumat (22/5) pukul 03.30 WIB.
 TPA Cipeucang disebut sudah kelebihan kapasitas karena menampung semua sampah dari semua penjuru Tangsel. (CNN Indonesia/Thohirin) |
Pihaknya sendiri menerima kabar itu dari Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) TPA Cipeucang, Tain Setiawan.
Akibat jebolnya turap, sebagian sampah di lubang galian sampah atau landfill 1 TPA Cipeucang tumpah ke aliran sungai Cisadane yang melewati area TPA.
"Nah, itu laporan dari kepala UPT Pak Tain itu Jam 3.30 pagi terjadi longsor, di landfill 1 ke sungai sampahnya," ujar Yepi
Hasil penyelidikan sementara oleh pihaknya, Yepi menduga jebolnya
sheet pile terjadi akibat curah hujan yang tinggi selama 3-4 hari wilayah tersebut sebelum kejadian. Hujan, katanya, membuat gundukan sampah yang menumpuk di i mengembang.
Walhasil, kondisi tersebut membuat dinding
sheet pile tak kuat menahan dorongan yang mengembang karena sampah basah. Ini diperparah dengan sebagian struktur tanah di lokasi yang menjadi aliran air jika hujan.
"Itu salah satu mungkin akibat jebolnya tanggul. Karena si sampah saat tidak hujan, kemarau, kan mengering," katanya.
 Alat berat mengeruk sampah dari pinggiran Sungai Cisadane. (CNN Indonesia/Thohirin) |
"Nah begitu air datang selama 3-4 hari, otomatis volume sampah mengembang volumenya. Nah, dengan mengembangnya sampah akan menimbulkan energi dorongan," sambungnya.
Akibat jebolnya turap ini, sejumlah bagian di sekitar
landfill untuk sementara tak bisa menerima buangan sampah. Sampah untuk sementara dibuang ke bagian lain yang jauh dari lokasi jebolnya turap.
Yepi mengakui TPA Cipeucang memang sudah kelebihan daya tampung sampah sejak 2017. Dalam sehari, TPA Cipeucang Kat Yepi menerima sekitar 350 ton sampah dari seluruh wilayah Tangsel.
Kondisi itu membuat Pemkot Tangsel saat ini sudah meminta bantuan ke sejumlah wilayah, seperti Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang agar bisa menerima sampah dari Tangsel. Namun, permintaan itu ditolak sebab dua daerah itu kata Yepi juga mengalami kondisi yang sama.
Terakhir, kata Yepi, pihaknya juga sudah meminta bantuan ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat agar sebagian sampah dari Tangsel bisa dibuang ke TPA Nambo, Kabupaten Bogor.
Rencana itu sempat disetujui. Nambo akan menerima sekitar 350 ton sampah dari Tangsel, mulai pertengahan tahun ini. Namun, prosesnya terkendala kesiapan teknis.
"Berhubung Nambo saat ini juga belum siap untuk beroperasional, sehingga setop [pengiriman sampah] ke Nambo, belum jalan," kata dia.
(thr/arh)
[Gambas:Video CNN]