Surabaya, CNN Indonesia -- Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Windhu Purnomo menyebut, wilayah Surabaya Raya belum layak menghentikan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (
PSBB) dan menerapkan transisi
New Normal.
"Jangan ada pelonggaran dulu, jangan ke New Normal dulu. Itu berbahaya," kata Windhu kepada
CNNIndonesia.com, Senin (8/6).
Pelaksanaan PSBB tahap ketiga di Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Gresik dijadwalkan memasuki masa akhir pelaksanaannya pada hari ini, Senin (8/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Windhu mengatakan berdasarkan sejumlah kajian epidemiologi yang dilakukan, angka infeksi, tingkat kematian, hingga bilangan reproduksi efektif (Rt) di wilayah Surabaya yang masih belum stabil.
Untuk angka serangan infeksi, wilayah Surabaya Raya masih memperoleh angka tinggi yakni 90 per 100.000 penduduk. Lalu untuk tingkat kematian Surabaya Mencatat angka sebanyak 9 persen.
Sedangkan untuk Rt Surabaya mencatatkan penurunan mencapai angka 1. Meski demikian, kata Windhu, jumlah itu belum aman sepenuhnya.
Jika PSBB dihentikan dan situasi diperlonggar, ia khawatir jumlah kasus konfirmasi Covid-19 akan kembali melonjak. Dan kemungkinan terburuknya bakal lebih tinggi dari gelombang sebelumnya.
"Yang kami khawatirkan, lonjakan kasus-kasus, akan munculnya gelombang kedua yang jangan-jangan bisa lebih tinggi puncaknya daripada yang sekarang," ujar Windhu.
Ia meminta Pemerintah Provinsi Jawa Timur, pemerintah kabupaten/kota dan masyarakat untuk bersabar. Sebab jika dilihat dari bilangan reproduksi efektif, wilayah Surabaya Raya telah menunjukkan tren yang baik, dengan menurunnya angka Rt menjadi 1.
Lebih Rt di Surabaya Raya bisa terus diturunkan hingga di bawah 1. Namun, hal itu harus diiringi dengan sikap konsisten dan pemerintah untuk tertib menegakkan protokol kesehatan.
Dalam pedoman WHO dan Bappenas, Windhu menjelaskan, sebuah daerah baru bisa dikatakan terkendali jika tingkat Rt stabil berada di bawah angka 1 berturut-turut selama dua pekan ke depan.
"Tunggu dulu sampai Rt betul-betul turun dibawah 1. Kita lihat selama dua pekan, barulah kita mulai New Normal. Jadi enggak usah terburu-buru," ujar Windhu.
(frd/bac)
[Gambas:Video CNN]